Langsung ke konten utama

Ada Cinta dan Air mata di Rumah Inggit Garnasih

Saat berada di Bandung beberapa waktu yang lalu, salah satu tempat yang sangat ingin saya kunjungi adalah Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. Tempat bersejarah ini kerap terlewatkan dalam kegiatan karya wisata ke Bandung. Tidak sepopuler Museum Konferensi Asia Afrika atau Gedung Sate. Padahal tempat ini saksi sejarah bagaimana seorang Soekarno, Bapak Proklamator, menempa diri dari mahasiswa biasa menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Bagi yang senang dengan sejarah atau membaca buku-buku sejarah. Tentu sudah tidak asing dengan nama Inggit Garnasih. Salah satu perempuan yang pernah mengisi hati sang proklamator. Terlepas dari pro dan kontra atas kisah cinta keduanya, saya memandangnya dari sisi perjuangan serta pengorbanan mereka untuk negeri ini. Itu yang patut dikenang dan dipelajari.

Bagaimana seorang Inggit Garnasih setelah menjadi istri Bung Karno, bekerja keras dan mendukung sepenuh jiwa raga perjuangan sang suami. Mendukung cita-cita Bung Karno dalam mengusir penjajah dan kolonialisme di Indonesia. Di rumah Inggit inilah tempat berkumpulnya para tokoh dan pejuang yang memiliki cita-cita sama.


Ini adalah rumah Inggit Garnasih tampak muka. Sudah bukan rumah asli yang ditempati dulu. Karena rumah asli tersebut terbakar tanpa sisa. Di atas tanah bekas runtuhan sisa kebakaran itu dibangun kembali sebuah rumah untuk dijadikan sebagai salah satu rumah penuh sejarah di Bandung.

Saya yang sudah beberapa kali ke Bandung belum pernah sampai menjelajah ke sini. Maka ketika ada kesempatan yang lebih longgar, saya pun menjadikan tempat ini salah satu tujuan utama ke Bandung.

Awalnya sempat kesal. Karena ketika bertanya kepada beberapa orang di sana. Tidak ada yang tahu tentang rumah ini. Aneh kan? Akhirnya dengan menaiki ojek saya mencari sendiri rumah bersejarah ini. Dan akhirnya menemukannya juga. Meski sempat beberapa kali bertanya pada orang yang dijumpai.

     
                     Foto Inggit Garnasih yang terpampang di salah satu sudut rumah


Halaman belakang rumah Inggit Garnasih


Bagian belakang rumah Inggit Garnasih


Bagian tengah rumah yang dijadikan tempat berkumpulnya para pencinta sejarah

                     

        Foto Inggit Garnasih saat tua


Foto pertemuan Bung Karno dan Inggit Garnasih setelah bercerai. Kala itu Bung Karno sudah menjadi presiden Republik Indonesia


Pertemuan Inggit Garnasih dengan Fatmawati. Dua perempuan yang sama-sama pernah menjadi bagian hidup Bung Karno.


Berada di rumah bersejarah Inggit Garnasih membuat hati saya haru biru. Terharu dengan perjuangan Inggit Garnasih yang sedemikian rupa demi orang yang dicintainya. Menitikkan air mata ketika membaca akhir dari perjuangan itu adalah perceraian akibat orang ketiga.

Takdir sudah menggariskannya seperti itu. Dan kita bisa mengambil hikmah dari sejarah yang telah tercipta. Tanpa perlu menghakimi siapa yang salah dan menghujat yang telah tiada. Hargai jasa dan perjuangan mereka tanpa perlu mengkaitkan sisi lain yang tak baik. Sebab begitulah manusia. Siapa pun itu. Pasti memiliki dua sisi. Baik dan buruk. Tak terkecuali.



Larindah, 17 Oktober 2017


#ODOPOKT14
#WISATASEJARAH


Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post  (ODOP) diselenggarakan oleh Blogger Muslimah Indonesia.

Komentar

  1. Benar, terlepas baik buruk apa yang telah dilakoninya, yang jelas Bu Inggit telah ikut berperan dalam perjuangan bangsa lewat caranya.

    Saya beberapa kali ke Bandung belum pernah ke sini. Terima kasih informasinya , Mbak..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mba. Semoga bisa mampir lain waktu ya?... hihihi

      Hapus
  2. Ibu inggit wanita kuat & tahan banting....Semiga Allah menerima amal & ibadahnya...Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da