Saat berkunjung ke Bukittinggi ada sebuah tempat yang wajib didatangi selain Jam Gadang, yaitu Ngarai Sianok. Sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah yang memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota, dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anai Suku dan berakhir di Palupuh.
Dokumen pribadi
Menikmati keindahan Ngarai Sianok secara langsung menambah kekaguman atas keagungan Sang Pencipta. Ngarai yang memiliki panjang hingga 15 km dan lebar yang mencapai sekitar 200 m, kedalamannya diperkirakan mencapai 100 m. Sebuah keadaan yang cukup membahayakan bila musim hujan tiba. Tapi syukurnya saat saya ke sana kondisinya sedang musim kemarau, sehingga bisa turun ke ngarai dan menikmati pemandangan dari bawah ngarai.
Ngarai Sianok pada jaman Belanda bernama Karbou Wengat atau Kerbau Sanget. Nama itu di berikan karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai. Saat ini hewan-hewan yang bisa dijumpai antara lain monyet ekor panjang, siamang, rusa, babi hutan, tapir dan macan tutul. Sedangkan tumbuhan yang banyak tumbuh di sekitar ngarai adalah tumbuhan obat-obatan.
Dokumen pribadi
Saat musim hujan tiba aliran air di ngarai sangat deras. Sehingga dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk berkano ria. Sedangkan saat musim kemarau panjang, hanya sedikit aliran air yang tersisa. Banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya bermain air di sana. Anak lelaki menikmati musim kemarau di ngarai dengan bermain bola. Para lelaki dewasanya ada yang memancing atau berburu.
Sebuah pemandangan yang tidak bisa dilihat apalagi dinikmati saat musim hujan tiba. Dan saya sangat bersyukur bisa merasakan itu semua. Melihat keindahan Ngarai Sianok secara langsung dan turun ke bawah ngarai, bermain bersama anak-anak urang awak.
Dokumen pribadi
Larinda, Agustus 2015
Komentar
Posting Komentar