Langsung ke konten utama

Senja di Rumah Puisi Taufik Ismail

Dalam puisi ada doa
Dalam puisi ada cinta 
Tapi dalam puisi 
Ada amarah juga

Saya tak pandai berpuisi. Apalagi menciptakan sebuah puisi. Tapi saya suka akan puisi. Maka saat melakukan perjalanan ke Bukit Tinggi, saya sempatkan singgah kerumah puisi Taufik Ismail. Sebuah rumah yang diwariskan oleh Taufik Ismail bagi pencinta sastra.

Dokpri

Rumah puisi yang didirikan pada pertengahan Desember 2008 ini berada di daerah Padang Panjang. Sangat mudah dijangkau karena letaknya di tepi jalan. Papan nama yang cukup jelas dengan tulisan rumah puisi membuat siapa saja yang hendak ke Bukit Tinggi, dan melalui jalan tersebut pasti menolehkan pandangannya.

Picture by denik

Nuansa puisi sudah tampak dari jalanan di depannya. Sebuah prasasti bertuliskan puisi berdiri kokoh di tepi jalan masuk. Begitu memasuki area rumah puisi, pemandangan nan asri dengan tanamam bunga beraneka warna tersaji indah. Deretan puisi dan nukilan dari sastrawan serta budayawan negeri ini terpampang disela-sela rindangnya pepohonan. Suasana yang sungguh-sungguh mencerminkan nama dari rumah tersebut, yakni rumah puisi.

Area rumah puisi Taufik Ismail (dokpri)

Memasuki area utama rumah puisi, deretan buku yang tertata rapih di dalam lemari kaca menjadi suguhan mengagumkan bagi pencinta buku. Ada ribuan buku tertata di sana, yang merupakan koleksi dari Taufik Isamail. Sastrawan dan budayawan yang terlahir di Bukit Tinggi tanggal 25 Juni 1935.

Bagian dalam rumah puisi Taufik Ismail (dokpri)

Berada ditengah deretan buku yang tertara apik ini membuat hati enggan beranjak dari sana. Tak heran jika rumah puisi kerap dijadikan tempat diskusi dan beberapa acara oleh kalangan mahasiswa atau komunitas di sana.

Hawa sejuk yang menyelimuti kawasan rumah puisi berasal dari gunung Merapi dan gunung Singgalang. Ya, wilayah Padang Panjang memang diapit oleh dua gunung tersebut. Pemandangan indah yang terhampar di rumah puisi memberi ketenangan jiwa bagi siapa saja yang menyinggahinya.

Surau di rumah puisi Taufik Ismail (dokpri)

Senja yang mulai turun menambah syahdu suasana. Memasuki surau kecil disekitar rumah puisi, dengan goresan indah syair lagu grup musik Bimbo, sajadah panjang, membuat hati terpekur. Betapa indah ciptaan-Nya. Dan betapa Dia penentu segalanya. Karena Dia saya bisa menikmati indahnya senja di rumah puisi. (EP)












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da