Langsung ke konten utama

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari ibu
Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun
Kambing sembilan motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi

 (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals)

Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede.


Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda motor, saya menyusuri jalan di samping Monumen Pancasila Sakti. Mengikuti arah jalan dan sesekali bertanya kepada orang yang ditemui. Alkhirnya sampai juga saya di jalur lingkar tol Bekasi. Saya mengambil arah yang menuju daerah Kranggan.

Angkot berwarna merah jurusan Pondok Gede- Kranggan adalah transportasi umum menuju Ujung Aspal Pondok Gede. Secara khusus memang tidak ada nama atau gapura yang menjelaskan bahwa “Ini loh Ujung Aspal Pondok Gede.”

Hanya beberapa tempat saja yang menuliskan alamatnya menggunakan nama Ujung Aspal Pondok Gede. Selebihnya ya tulisan Kranggan, nama daerah itu.


Rupanya menurut cerita, nama Ujung Aspal Pondok Gede tercetus begitu saja dari penduduk sekitar yang tinggal dan beraktivitas di sana puluhan tahun yang lalu. Pada saat daerah tersebut masih berupa dusun dengan pepohonan yang rindang. 

Ketika pembangunan di sana mulai digiatkan dan jalan utama mulai di aspal. Sebagian wilayah ada yang tidak menyetujui pembangunan tersebut. Sehingga pengaspalan jalan terhenti. Lalu angkot yang beroperasi terkadang hanya sampai di ujung jalan yang di aspal itu saja. Kemudian latahlah penyebutan namanya. Menjadi ujung aspal.

“Angkotnya masuk ke dalam enggak Bang!”

“Gak Neng! Cuma sampe ujung aspal aja!”

Begitulah. Cukup lama wilayah perbatasan tersebut tak berkelanjutan pembangunannya. Sampai akhirnya penduduk yang mengalah karena memang wilayah tersebut akan dibangun pabrik dan perumahan.

Ketika saya jalan-jalan ke sana, sudah tidak tampak nuansa dusun sedikit pun. Sepanjang jalan yang dilalui yang terlihat gapura bertuliskan nama perumahan. Jarak sekian kilometer perumahan ini dan seterusnya.


Daerah Kranggan termasuk wilayah Bekasi tapi lebih dekat dengan Pondok Gede yang termasuk kedalam wilayah Jakarta Timur. Seperti umumnya sebuah wilayah perbatasan, di sana memang tempat yang strategis untuk dibangunnya perumahan dan pabrik-pabrik. Karena masih terjangkau dari Jakarta.

Itulah daerah Ujung Aspal Pondok Gede yang menyulut naruni seorang Iwan Fals, sehingga tercipta lagu bernuansa kritik sosial. Senja mulai turun. Saya pun segera beranjak setelah menyusuri Ujung Aspal Pondon Gede. Rasa penasaran ini cukup terwakili meski pun belum tuntas semua. Setidaknya sudah bisa mensinkronkan antara lagu dan kenyataan yang ada.


#onedayonepost
#harike-20
#oktober2016
#napaktilas







Komentar

  1. wah mbak denik ni selalu bikin ngiri
    Jalan-jalan terus

    BalasHapus
  2. Pemandangan yang indah, kuliner yang lezat rasanya semua ada di pulau belitung. Saya tertatik banget jadinya mbak untuk kesana

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam ke...

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kuran...