Langsung ke konten utama

Masjid Pintu Seribu dengan Seribu Tanya di Hati

Saat mendengar nama masjid pintu seribu, apa yang terlintas dalam benak Anda? Penasaran? Ya, benar. Itu pula yang saya rasakan. Lalu jadi membayangkan seperti apa bentuk masjid tersebut. 

Maka begitu ada waktu senggang, saya sempatkan untuk mengunjungi masjid pintu seribu yang berada di kampung Bayur, Tangerang, Banten itu.

Untuk mencapai masjid pintu seribu ternyata tak semudah yang saya bayangkan. Perlu beberapa kali berhenti dan bertanya kepada warga yang dijumpai sebelum akhirnya tiba ditujuan.

Rupanya letak masjid pintu seribu berada di dalam perkampungan yang sempit. Tanpa adanya papan petunjuk jalan yang bisa dijadikan panduan. Harus rajin-rajin bertanya agar tak tersesat dijalan.

Bagi pengguna kendaraan roda empat tidak bisa langsung mencapai halaman masjid. Karena jalan menuju masjid hanya cukup untuk kendaraan roda dua. Parkir ditepi jalan dan berjalan kaki menuju masjid, itu yang harus dilakukan oleh mereka. Dan lumayan jauh jarak dari jalanan ke masjid.

Begitu tiba di depan masjid pintu seribu yang sebenarnya bernama masjid Nurul Yaqin, ada aura mistis terasakan oleh saya. Bukan saja dari lingkungan masjidnya tapi juga dari sorot mata orang-orang di sana. Sorot mata mereka seperti aneh memandang setiap pengunjung yang datang. Saat saya hampiri dan bertanya sesuatu jawaban mereka singkat saja, tidak tahu.

Meski begitu tak berarti menyurutkan langkah saya untuk mengexplor masjid pintu seribu. Walau pun sempat terbesit di benak untuk kembali saja. 

"Masjidnya tak seperti yang saya bayangkan." 

Demikian kata hati saya. Bentuk masjidnya biasa saja. Tampak banyak pintu dan jendela yang terlihat di sana-sini. Mungkin itu yang membuat masjid Nurul Yaqin dijuluki masjid pintu seribu.

Memasuki masjid dari sisi kanan tampak sebuah lorong dengan beberapa ruangan yang berderet, dengan bentuk menyerupai pintu-pintu. Saat melongok ke dalamnya, ternyata hanya ruangan kosong. Hanya peralatan sholat yang tampak teronggok. Mungkin tempat itu dipakai untuk sholat. Tapi begitu banyak ruangannya, apa iya digunakan untuk tempat sholat semua. Entahlah!

Memasuki sisi kiri masjid pintu seribu ada seorang penjaga yang  berdiri menunggu di sana. Untuk memasuki tempat itu kita harus dipandu dan menyewa sebuah senter sebagai alat penerangan. Sebab lorong-lorongnya gelap gulita. Seperti ruangan bawah tanah.

Saat saya tanyakan ada apa saja di dalam lorong itu, si penjaga dengan tenang menjawab.

"Banyak makamnya. Jadi harus dipandu agar tidak tersesat!" 

Pantas auranya mistis, rupanya di sana ada beberapa makam pikir saya.

Maka saya putuskan untuk tidak masuk ke dalam. Cukup melongok sebentar dan mengelilingi bagian luar masjid saja. Saya tidak ingin terjadi apa-apa di dalam. Sebab saya ke sana tidak rombongan. Seperti pengunjung lain yang datang dengan bus sebagai salah satu wisata religi. Saya hanya penasaran saja. Dan tetap tak mendapat jawaban pasti siapa pemilik dan pendiri masjid itu sebenarnya. Cukuplah bagi saya bisa melihat masjid pintu seribu secara langsung, sebagai penawar basa penasaran. Meski pun masih ada seribu tanya di hati. (EP)





Komentar

  1. Pintu seribu keingat lawangsewu...Semarang.

    BalasHapus
  2. Pintu seribu keingat lawangsewu...Semarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba...semacam itu. Unik sih. Sayang tak ditangani dengan baik.

      Hapus
  3. Sepertinya masjidnya setengah mati ya

    BalasHapus
  4. Masjidnya mgkn jarang yg jama'ah jdi beraroma mistis...

    Jdi pengin kesna... InyaAllah suatu saat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak juga. Menurut cerita ya ramai. Tapi bentuk salah satu sisi masjid dan juga adanya makam di dalam membuat nuansa masjid tampak berbeda. Silakan datang agar tak penasaran.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da