Langsung ke konten utama

Postingan

Serba-serbi Lomba Jelajah Museum TMII ke-3 Tahun 2017

Dalam rangka  memperingati hari Museum Nasional yang jatuh pada tanggal 12 Oktober, berbagai kegiatan pun diadakan oleh museum-museum yang ada di Nusantara ini. Mulai dari pembebasan bea tiket masuk museum alias gratis, workshop, aneka lomba dan lain sebagainya. Taman Mini Indonesia Indah yang didalamnya terdapat kurang lebih 17 museum, turut menggelar acara yang diberi tajuk "Gebyar Pesona Museum Nusantara." Dan tahun ini merupakan tahun ke-3 acara ini digelar. Salah satu rangkaian kegiatan yang ada dalam "Gebyar Pesona Museum Nusantara" adalah Lomba Jelajah Museum TMII. Saya yang baru mengetahui adanya kegiatan ini di tahun ke-2 yaitu tahun 2016. Merasa kegiatan ini sangat bermanfaat, maka tahun 2016 saya mengikuti lomba tersebut dengan mengusung tim bernama LeNiNa. Gabungan dari nama-nama kami. Jika tahun lalu saya membawa teman-teman dari Komunitas Perempuan Berkebaya. Sehingga kostum kami adalah kain dan kebaya. Maka tahun ...

Ketika Suporter "Jatuh Cinta" (Bagian Delapan)

Menjadi suporter tim sepak bola tertentu adalah hak asasi. Kecenderungannya disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor terkuat adalah karena adanya rasa kedaerahan. Seperti saya saja. Karena memiliki darah Jawa Timur terutama Surabaya. Maka kesebelasan yang saya dukung adalah PERSEBAYA SURABAYA. Dan karena memiliki darah Jawa Tengah juga, maka kadang saya mendukung kesebelasan PSIS Semarang. Dan karena kini sudah menjadi warga Kota Tangerang. Maka kesebelasan yang juga kerap saya dukung adalah PERSITA TANGERANG. Namun jika ketiga kesebelasan tersebut tidak lolos di pertandingan, kesebelasan yang saya dukung adalah yang penampilannya bagus. Dan memang begitu seharusnya sebagai suporter yang baik. Inilah stadion Benteng, Tangerangl Sebagai warga Kota Tangerang, saya mendukung juga jika kesebelasan PERSITA bertanding. Meski saya tidak memproklamirkan diri sebagai La Viola. Sebutan ba...

Meraih Berkah dan Menjalin Ukhuwah Melalui Blogging

Apa itu blogger? Siapa sih yang disebut blogger itu? Seberapa pantas kita menyebut diri sebagai blogger? Pertanyaan itu menyeruak dipikiran ketika pada awal tahun 2015 saya memiliki blog atas anjuran seorang kawan. "Elo harus punya blog, Den! Jadi bisa nulis sepuas Elo. Kan Elo suka nulis tuh! Enak deh kalo Elo udah punya blog," kata kawan saya dengan semangat '45. "Caranya gimana bisa punya blog? Terus gini-gitunya blog Elo tahu gak?" tanya saya yang saat itu merasa gaptek (sampai sekarang sih... hihihi). "Ya Elo download dulu aja aplikasinya. Soal gini-gitunya Elo tanya Embah goegle dah. Gue kagak ngerti juga soalnya," sahut kawan saya dengan santainya. Maka begitulah, saya yang gaptek ini tahun 2015 memiliki blog dengan nama  http://catatandenik13.blogspot.com Keren! Duh, enggaklah. Karena saya hanya tahunya nulis, nulis dan nulis saja. Nulis, publish, selesai. Karena pada dasarnya saya senang menulis. Dan niat menulis untuk berbagi pe...

Ketika Suporter "Jatuh Cinta" (Bagian Tujuh)

Tuhan itu memang maha baik dan maha tahu apa yang kita mau. Terkadang tanpa diminta, diberinya kita. Sesuatu yang bahkan tak terduga. Hal ini yang saya alami ketika pada suatu kesempatan motoran keliling Jawa. Tanpa berpikir ingin menyinggahi stadion di karenakan kondisi dan situasi yang tak mendukung. Justru saya disuguhi pemandangan yang tak terduga ketika berada di Tuban. Dalam perjalanan motoran dari Tangerang ke Surabaya, hal utama yang dilakukan adalah menyambangi rekan dan kerabat di daerah yang dilalui. Salah satu daerah yang disinggahi adalah Tuban. Karena baru pertama berkunjung ke daerah sana, dengan kondisi berkejaran dengan waktu. Maka fokus perhatian selama perjalanan adalah mencari alamat yang dituju. Ketika menemukan alamat yang saya tuju dan ternyata berada di sekitar komplek stadion. Perasaan ini tak terlukiskan bahagianya. Berkali-kali lipat. Wow...sungguh kejutan yang tak terduga dari sang kuasa. Sebab si kawan sama sek...

Ketika Suporter "Jatuh Cinta" (Bagian Enam)

Setelah menjejakkan kaki di Stadion Manahan, tujuan berikutnya adalah Stadion Sriwedari. Berhubung masih sama-sama di wilayah Surakarta, maka harus dikunjungi juga. Apalagi Stadion Sriwedari merupakan stadion tertua di Indonesia. Tahun 1932 dibangunnya atas inisiatif Sri Susuhunan Paku Buwono X. Dan merupakan tempat penyelenggaraan PON I tahun 1948. Tentu tak saya sia-siakan kesempatan ini. Dari Stadion Manahan yang berada di Jalan Adi Sucipto saya segera menuju Jalan Bhayangkara, tempat Stadion Sriwedari. Berhubung jaraknya lumayan jauh, akhirnya saya putuskan untuk menyewa becak. Tapi berhubung hari itu hari Minggu, maka becak yang saya tumpangi hanya sampai di seberang jalan. Selanjutnya saya harus berjalan kaki karena sedang berlangsung Car Free Day. Hari bebas kendaraan. Dengan diiringi tatapan aneh dari orang-orang di sekitar sana, akhirnya pelan dan namun pasti saya ...

Ketika Suporter "Jatuh Cinta" (Bagian Lima)

Masih berkisah tentang lika-liku menyinggahi stadion. Kali ini saya akan bercerita tentang stadion Manahan di Surakarta. Salah satu stadion yang menjadi impian saya untuk disinggahi. Stadion Manahan Solo. Baru setelah kunjungan yang ke sekian bisa saya singgahi. Sebab beberapa kali ke sana tidak pernah sendirian. Jadi tidak bisa explore stadion dengan total. Apalagi untuk bisa mengabadikan moment di sini. Tapi akhirnya mimpi itu pun terwujud. Ketika pada satu kesempatan saya bisa berkunjung ke sana sendirian. Tanpa mempedulikan tatapan orang-orang di sana, kebetulan saat saya tiba di sana adalah hari Minggu. Stadion Manahan ramai oleh orang yang berolahraga. Sementara saya baru datang dari Jakarta dengan gaya Backpackeran. Tentu terlihat aneh. Saya tak peduli. Yang terpenting bisa ke sini dulu barulah mengurus kepentingan di sini. Beginilah yang namanya😛😪suka. Kerap tak mengedepankan log...

Bertaruh Dengan Waktu Demi Pose di Stadion Brawijaya

Walau harus berjalan jauh dan dengan cara sembunyi-sembunyi, tetap dijalani . Namanya juga suka. Bisa melihatnya secara langsung meski sebentar. Rasanya senang bukan kepalang. Dokumen pribadi Itulah kenangan yang tak akan terlupakan ketika pertama kalinya saya menginjakkan  kaki di Kota Kediri. Saat itu saya berdua dengan adik berlibur ke sana. Tujuannya untuk mengunjungi sedulur. Sudah cukup lama saya tak menginjakkan kaki di daerah Jawa Timur sejak hijrah dari Surabaya ke Jakarta. Kesibukan dan segala urusan sejak tinggal di Jakarta tanpa disadari telah menyita waktu kami. Jangankan untuk mengunjungi sanak saudara di luar kota. Terkadang dengan sedulur yang sama-sama satu kota pun tak sempat berkunjung. Karena sudah malas jika pergi-pergi saat hari libur.  Panas dan macet. Sementara hal itu menjadi rutinitas sehari-hari. Maka begitulah. Waktu ternyata berjalan tanpa terasa. Menyadari hal itu,...