Langsung ke konten utama

Belitung I am Coming

Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
                     (Laskar Pelangi, Nidji)

Yah, berawal dari mimpi akhirnya aku menjejakkan kaki di bumi Laskar Pelangi, Belitung. Sebagai orang yang menyukai petualangan dan perjalanan, aku remaja sudah bermimpi untuk bisa mengunjungi tempat-tempat menarik di Indonesia dan dunia suatu saat nanti. Aku goreskan impian perjalanan itu dalam sebuah coretan yang berjudul "Daftar Tempat-tempat yang Ingin dikunjungi." Tanpa pernah berpikir "Kapan dan "bagaimana" mewujudkan mimpi tersebut. Namanya juga mimpi kanak-kanak. Bebas saja menggoreskannya di kertas lalu menempelkannya di tembok.

Sejak itu aku rajin menyisihkan uang jajan agar pada saat liburan sekolah tiba bisa berjalan kemana saja sesuai kata hati. Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Surakarta, Lampung dan pedalaman Baduy beberapa tempat yang pernah kusinggahi. 

Seiring berjalannya waktu, rezeki untuk melakukan perjalanan mengalir begitu saja. Mulai dari urusan pekerjaan yang mengharuskan aku mengunjungi daerah tertentu, sampai memenangkan lomba menulis yang hadiahnya jalan-jalan. Ini semua pencapaian yang tak terbayangkan sebelumnya. 

"Di mana ada niat, di situ ada jalan"

Pepatah yang nyata sekali maknanya bagiku.


Hal ini kembali terjadi beberapa waktu yang lalu. Ketika tiba-tiba ada pesan masuk di nomor WhatsAppku.

"Mba, mau enggak ke Belitung?" 

Namanya pejalan mendapat tawaran seperti itu tentu saja jawabannya mau. Tanpa berpikir, "Untuk apa ke sana?"

"Kalau begitu secepatnya kirimkan semua persyaratan yang ditentukan ke WhatsApp aku ya?" begitu pesan berikutnya yang aku terima. 

Beberapa hari kemudian aku mendapat pesan lagi melalui WhatsApp. Kalau aku masuk sebagai perwakilan pemenang ketiga Target Kontes 2017 dari Asuransi Sinar Mas (ASM). Wow.

Begitu tiket sudah ditangan dan aku sudah siap di bandara internasional Soekarno-Hatta untuk terbang ke Belitung, perlahan  kuraih sebuah buku catatan kecil dari dalam tas. Kubuka lembaran yang memuat "Daftar Impian Perjalanan." Aku lupa apakah pernah memasukkan Pulau Belitung dalam daftar impian atau tidak. Begitu ku buka catatan tersebut, ternyata ada. Wah, segera kucontreng tulisan Belitung. Satu mimpi lagi terwujud. 




Pagi itu, 25 April 2017 pukul 04.30 WIB aku sudah berada di bandara internasional Soekarno-Hatta. Berbaur dengan ratusan orang dari beberapa daerah di Indonesia. Tak ada satu pun yang kukenal. Hanya duduk manis yang bisa kulakukan sambil menunggu instruksi dari panitia. 

Begitu ada instruksi  untuk memasuki pesawat dengan menggunakan bus. Aku mengikuti saja kemana rombongan melangkah. Nah, di dalam bus menuju pesawat inilah akhirnya aku berkenalan dengan salah satu peserta, yang ternyata teman satu kamar. Wah, jadi tak perlu repot-repot mencarinya.  Alhamdulillah diberi kemudahan sejak awal perjalanan.

Teman seperjalanan sekaligus teman sekamar (dokpri)


Maka begitulah, aku nikmati perjalanan ini dengan penuh suka cita. Tertawa, bercanda dan berfoto bersama dengan orang-orang yang baru saja dikenal. Tanpa perlu jaim menjaga image apa pun. Di sini kita sama. Para peserta Kontes Tour ASM.


Para peserta kontes tour ASM (dokpri) 


Belitung I am coming

Selama kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di Bandara Internasional H.A.S Hannandjoedin, Tanjung Pandan, Belitung. Bandar udara yang awalnya bernama Buluh Tumbang ini berganti nama pada 22 Oktober 2012. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap pahlawan asal Belitung yang pernah menjadi bupati Belitung periode 1967-1972, Haji Abdullah Sanusi Hannandjoedin, yang kemudian dikenal dengan nama Bandara H.A.S Hannandjoedin. 

Rintik hujan menyambut kedatangan kami. Tapi tak menghilangkan perasaan gembira di hati ini.  Apalagi kedatangan kami disambut dengan kalungan selendang khas Belitung. Wah, ini sungguh suatu hal yang istimewa bagi kami semua. Jika selama ini hanya para pejabat dan orang-orang tertentu yang mendapat sambutan seperti itu. Kini kami mengalaminya sendiri. Aku sendiri merasa senang bukan kepalang mendapat kalungan selendang kain. Bukan karena upacara penyambutannya. Tapi karena aku pencinta kain, jadi selendang ini menjadi sangat istimewa bagiku.
Mendapat kalungan selendang selamat datang khas Belitung (dokpri) 


Perjalanan Pertama yang Penuh Kejutan

Usai penyambutan, panitia mengarahkan kami untuk menuju bus yang sudah disiapkan. Aku masuk dalam daftar rombongan bus 1 dengan tour guide bernama Bapak Syarif. Dari bandara bus yang kami tumpangi membawa rombongan ke sebuah tempat makan bernama Hanggar 21. Di sini kami sudah disiapkan sarapan pagi berupa mie khas Belitung dan minuman khas Belitung yakni air jeruk kunci.



Mie khas Belitung dan minuman jeruk kunci

Aku bukan maniak kuliner. Namun pada saat berada di suatu daerah tertentu apalagi yang belum pernah dikunjungi, maka mencicipi makanan khas daerah setempat menjadi sebuah kewajiban. Menu sarapan pagi yang  kujumpai menjadi semacam penggugur kewajiban itu. Setidaknya aku tidak perlu repot-repot mencari makanan khas Belitung. Karena salah satunya sudah disiapkan.

Bagi pencinta kuliner dan mengetahui betul rasa sebuah masakan, menu sarapan pagi ini mungkin kurang "nendang." Dari porsi dan rasa makanan. Karena ada beberapa peserta yang minta tambah dan minta diberi ini dan itu. Bagiku sendiri tak terlalu masalah dengan menu sarapan pertama kami di Belitung. Karena pada dasarnya porsi makanku tak banyak. Ku nikmati sarapan pagi ini sebagai sesuatu yang istimewa dan menarik. Terutama alas daun yang digunakan dalam mie. Aku sampai menanyakannya pada pramusaji yang ada di sana. Rupanya nama daun itu adalah daun Simpor. Selanjutnya daun itu selalu aku jumpai dalam tiap sajian makan siang atau malam. Daun khas Belitung.


Bus yang kutumpangi (dokpri)

Usai sarapan, kami segera masuk kembali ke dalam bus. Tujuan selanjutnya adalah menuju "Sekolah Laskar Pelangi" yang merupakan replika dari Sekolah Muhamadiyah Gentong yang digunakan untuk syuting film Laskar Pelangi. Dalam perjalanan, tour guide bus kami yang ternyata berasal dari Jawa Timur ini menerangkan banyak hal dan menjelaskan tentang berbagai hal yang kami lintasi. Aku tidak terlalu memperhatikan sekali apa yang beliau terangkan. Karena aku terkesima dengan jalur dan hutan-hutan yang dilalui. 

Sebagai orang yang pernah melakukan solo riding dari Tangerang ke Surabaya, jalan-jalan dan hutan-hutan di Belitung yang dilalui ini melambungkan kenangan akan perjalanan itu. Juga menyulut keingintahuan hati ini (tertantang) seperti apa rasanya motoran di daerah sana. Apalagi ketika tour guide memberitahu.

"Inilah rumah Andrea Hirata. Rumah dengan tembok warna pink. Dan itu Museum Kata milik Andrea Hirata." 

Wah, aku hanya bisa gigit jari karena tidak bisa melihat secara langsung. Dua tempat itu tidak masuk dalam agenda acara. Aaahh, seandainya aku mengendarai motor saat itu, sudah pasti akan berhenti dan mengunjungi tempat tersebut. 


Kupon belanja (dokpri)

Di dalam bus sebelum tiba ditujuan, tour guide membagikan kupon kepada kami. Kupon senilai 15.000 ribu rupiah itu bisa digunakan untuk berbelanja jajanan di pasar rakyat, UMKM binaan Dinas Pariwisata, Belitung. Jajanan yang dibeli untuk camilan saat menonton pertunjukan "Kabaret Laskar Pelangi." 

Kabaret ini akan menjadi bagian dari wisata internal Festival Belitung 2018 pada bulan Oktober nanti. Rombongan kami menjadi penonton pertama pertunjukan tersebut. Pertunjukan yang tak hanya mengundang gelak tawa tapi juga perasaan haru bagi yang memiliki hati lembut seperti aku. Karena beberapa kali aki sempat menitikkan air mata karena terharu dengan kalimat-kalimat yang terlontar dalam pertunjukan tersebut. Ini sih bisa jadi karena bendungan air mataku yang dangkal. Sehingga mudah menggenang jika ditimbun dengan sesuatu yang mengharu biru. Hiks.

Replika "Sekolah Laskar Pelangi" dari kejauhan

Kabaret Laskar Pelangi

Dalam masa pertunjukan Kabaret Laskar Pelangi rupanya ada beberapa kejutan yang sudah disiapkan panitia. Diantaranya kehadiran Lintang dan Alin para pemeran Laskar Pelangi. Dan yang tak kalah mengejutkan adalah kehadiran Ibu Muslimah yang sesungguhnya. Ini menjadi pelipur hatiku yang tak bisa singgah di Museum Kata. 


Alin


Ibu Muslimah

Pertemuan dengan Bu Muslimah menjadi sesuatu yang istimewa bagiku. perjuangan beliau sungguh tauladan yang patut ditiru meski tak mudah. Akh sebagai pendidik merasakan betul seperti apa tantangan yang dihadapi. Di kota besar saja cukup berat apalagi di daerah dengan berbagai benturan di sana-sini. Sosok Bu Muslimah sungguh menginspirasi.

Ngopi Cantik di Kota Manggar.

Selesai mengikuti rangkaian kegiatan di lokasi "Sekolah Laskar Pelangi" kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Manggar. Ibukota terbesar kedua setelah Tanjung Pandan. Di sini rombongan akan makan siang di Restoran Fega. Sebuah restoran yang letaknya di tepi danau. Makan siang di sini dengan sistem prasmanan. Menu yang disediakan tentu saja olahan sea food. Tapi ada juga sate ayam sebagai tambahan. Untuk lokasi restoran menurutku cukup menarik. Karena jika dilihat dari arah danau, pengunjung seolah sedang makan didalam kapal. Tapi untuk menu makanan, aku merasa tak ada yang istimewa. 


Monumen cangkir dan kopi di Kota Manggar


Justru hidangan kopi Manggar yang menarik hatiku. Bukan karena aku pencinta kopi. Justru karena aku bukan orang yang suka ngopi. Ini menjadi semacam tantangan tersendiri. Manggar dikenal sebagai Kota 1001 Kedai kopi. Sepanjang perjalanan ke sini memang banyak kedai-kedai kopi yang masih tutup. Sore dan malam hari tentu terasa berbeda jika bisa menikmati kedai kopi di sini. Tapi karena aku pergi rombongan. Tentu tak bisa seenaknya. Maka solusinya adalah nikmati saja kopi yang sudah disediakan. 


Kopi hitam Manggar

Untuk kenang-kenangan dan oleh-oleh aku membeli kopi bubuk Manggar. Apakah setelah dari Manggar ini aku langsung menjadi pencinta kopi? Oh, tidak. Tapi sebagai oleh-oleh orang rumah yang gemar minum kopi. Terutama adik lelakiku dan istrinya. Kalau aku hanya sesekali saja minum kopi. Sebagai selingan. Terutama di tempat-tempat khusus seperti ini. Sayang sudah berada di Kota Kopi tapi tak mencicipi kopinya. Itulah alasan kenapa aku harus ngopi cantik di sini.


Pemandangan klenteng dari atas bukit

Dari Kota Manggar perjalanan dilanjutkan untuk menuju daerah pantai burung mandi. Tujuan utama bukan pantainya tapi patung Dewi Kwan Im. Patung yang didatangkan dari Tiongkok ini berdiri megah di daerah perbukitan Klenteng Dewi Kwan Im. Tinggi patung yang mencapai 12 meter ini memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Foto bersama dengan latar patung Dewi Kwan In

Berhubung hari sudah sore, kami pun diminta segera masuk kembali ke dalam bus. Untuk melanjutkan perjalanan kembali ke hotel tempat kami menginap. Hotel Fairfield by Marriot di Kota Tanjung Pandan. Hotel yang belum disinggahi sejak kedatangan kami di Belitung.  Perjalanan hari ini yang cukup melelahkan, membuat sebagian besar peserta terlelap dalam bus. Aku sendiri menikmati jalan-jalan yang dilalui dengan pikiran menerawang. Akankah saya bisa menjejakkan kaki di sini lagi dalam suasana yang berbeda? Dengan petualangan yang lebih seru? Entahlah.



 
Hotel Fairfield by Marriot tempat kami menginap (dokpri)

Makan Malam "Bedulang" di Rumah Makan Kampung Belitung

Tiba di hotel, para peserta langsung mencari kunci kamar masing-masing dan segera bersih-bersih tanpa sempat beristirahat dengan tenang. Karena kami akan segera menuju Rumah Makan Kampung Belitung untuk makan malam bersama. Uniknya, kami akan makan malam dengan cara adat Belitung. Namanya makan Bedulang. Diambil dari kata "Dulang" yang artinya nampan. Jadi kita akan makan berempat mengikuti tradisi adat Belitung yang tersaji dalam satu nampan.

Dalam makan Bedulang, biasanya anak perempuan melayani sang ayah dalam mengambil makanan, dilanjutkan melayani si ibu. Setelah itu baru melayani diri sendiri. Dilanjut oleh anak yang lain. Jika dalam pertemanan maka teman yang lebih tua yang dilayani. Meski dalam prakteknya sudah sulit menjumpai hal-hal seperti ini. Setidaknya kita menjadi tahu dan bisa mengambil hikmahnya.

Sebelum acara makan malam berlangsung, rombongan disambut dengan tari-tarian tradisional. Setelah itu barulah menuju meja makan yang ingin dituju sesuai tempat yang telah ditentukan.




Menu makan malam Bedulang (dokpri)

Makan malam pertama di Belitung dan di tempat yang bernuansa jadul ini sangat berkesan bagiku. Selain suasananya yang berbeda, menu yang disajikan pun lebih bervariasi. Ada sayur asem ala Belitung, ikan asin goreng, sambal kunyit, tumis kangkung, rendang, lalapan, otak-otak dan yang sangat aku sukai, yakni kepiting isi. Sebelum menikmati kepiting isi langsung di daerah asalnya, Belitung. Aku sudah beberapa kali merasakan nikmatnya kepiting isi oleh-oleh dari kawan. Rasanya aku sudah jatuh cinta dengan makanan ini. Sayang aku tak bisa membelinya dalam jumlah banyak. Karena dana oleh-oleh sudah tersedot untuk kopi. Tapi tak apa. Ini menjadi semacam "kode" untuk ke Belitung lagi suatu hari nanti. Dan hari pertama di Belitung pun berakhir dengan indah sepulang dari makan malam di Rumah Makan Belitung.


Perjalanan Hari Kedua yang Penuh Canda Tawa

Perjalanan hari kedua,  aku dan rombongan  sempat diwarnai perasaan tak enak. Sebab hari kedua ini kami dipisah bus. Tidak seperti awal yang menggunakan bus 1. Aku mendapat tempat di bus 4 dengan tour guide bernama Pak Usep. Kebetulan kawan satu bus ku tetap sama. Sementara yang lain terpisah-pisah. Sebenarnya hal ini dilakukan supaya kami bisa mengenal peserta lain. Tidak itu..itu saja. Tapi ketika perasaan nyaman dengan teman yang baru saja tercipta, tiba-tiba dipisahkan lagi. Tentu rasanya tak enak. Karena adaptasi dengan orang baru itu tidak mudah. Mungkin itu sebabnya untuk hari ke-3 dan 4 kami kembali ke bus yang awal.

Untuk hari kedua ini tujuan utamanya adalah Pulau Leebong. Menuju pulau ini kami harus menaiki kapal. Setelah itu berjalan kaki lumayan jauh untuk mencapai lokasi yang dituju. Di dalam bus kami sudah dibuatkan kelompok. Gunanya untuk mengikuti Amazing Rice yang diadakan di sana. Seluruh peserta harus mengikuti. Tidak masalah gagal atau tidak bisa menyelesaikan tantangan yang diberikan. Karena tujuan utamanya adalah kebersamaan.




Di sini aku tergabung dalam tim bernama Gold Lion. Dari sekian permainan yang kami ikuti, hanya dua yang berhasil. Yakni, meniup balon dan memasukkan air ke dalam botol. Dua ini kami malah menjadi yang yang tercepat. Selebihnya gagal. Tapi seru. 

Tim Gold Lion (dokpri)

Usai acara Amazing Race dan makan siang di Pulau Leebong. Kami segera kembali ke dermaga untuk melanjutkan acara berikutnya yakni makan malam di Arum Dalu Private Resort. Perjalanan menuju Arum Dalu diguyur hujan deras. Bus yang kami tumpangi tak melaju dengan cepat. Alhasil tiba di Arum Dalu sudah sore. Karena hari hujan dan aku mengejar waktu salat yang hampir terlewat, maka suasana hati dalam mengikuti acara di sini sudah tak nyaman lagi. 






Sebenarnya lokasi tempat ini sangat menarik. Tembus ke laut lepas. Sayang sudah malam dan kondisi hujan. Jadi keindahan tempat ini sudah tak bisa dirasakan. Mungkin juga karena kondisi kami sudah lelah, ingin segera terlelap. Sehingga hampir sebagian peserta duduk manis di kursinya masing-masing. 

Senja di Arum Dalu Resort 

Kehadiran Bapak Wakil Gubernur Bangka Belitung, Ibu Direktur Asuransi Sinar Mas, Chef Afif dan para penari serta peraga busana cukup mengalihkan suasana hati. Sehingga tak terlalu bad mood sekali menikmati acara di sana.


Bersama Chef Afif owner Holycow (dokpri)

Malam sudah semakin larut. Tubuh pun sudah ingin luruh rasanya. Maka begitu dipersilakan kembali ke dalam bus, dengan semangat '45 aku segera beranjak. Tak pelak sepanjang perjalanan aku langsung terlelap. Begitu juga dengan peserta lain. Kami harus memulihkan tenaga karena esok masih ada beberapa kegiatan lain lagi yang harus kami ikuti. Sungguh sebuah pengalaman berharga dan tak terlupakan untuk dua hari ini di Belitung. Bumi Laskar Pelangi. (EP)




Komentar

  1. Ya Allah... Seru banget, kapan ya bisa ke sana ngikutin jejak mbak Denik?

    BalasHapus
  2. Waah.. keren mba.. jadi pengen ke Belitung 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuuuk...ngetrip bareng ke sana..hihihi

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Baca prolog di atas auto pakai nada lagunya Laskar Pelangi. Ehehe
    Keren banget ya 2 hari di Belitung bisa eksplore tempat2 iconik Belitung. Btw baru kali ini tahu sosok ibu Muslimah yg sesungguhnya mbak😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... betul Mba tempatnya memang indah. Keren deh. Aku merasa beruntung bisa bertemu Bu Muslimah.

      Hapus
  5. Mimpi udah lama pengen ke sana juga. Moga segera terwujud. Moga COVID segerla berlaluuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Iya, semoga Covid-19 segera berlalu.

      Hapus
  6. Mbak...keren banget jalan-jalan ke Belitong ini. Jadi pengen kesana. Duh, kapan punya kesempatan seperti Mbak Denik saya nih?

    BalasHapus
  7. Ini salah satu destinasi wisata yang pingin banget aku datangi. Tapi, suami nggak kepingin.

    Di sisi lain, masih pandemi juga. Jadi belum berani liburan jauh-jauh. 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga pandemi segera berlalu dan suami berubah pikiran jadi mau.. hehehe

      Hapus
  8. Mau juga nih jalan jalan ke belitung. exotic alamnya ya. Biasanya libur kenaikan kelas bisa jalan jalan,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Sesekali traveling ke sini. Pantainya masih bersih-bersih

      Hapus
  9. seru banget, mbak liburannya. kayaknya sejak film Laskar pelangi pulau belitong ini jadi semakin terkenal yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba. Jadi nge-hits istilahnya gara-gara film Laskar Pelangi... hehehe

      Hapus
  10. Wah seru banget perjalanannya, apalagi bisa napak tilas "Laskar Pelangi". Ulasannya juga lengkap...
    Aku belum pernah ke sana, lho, pengen deh suatu saat bisa liburan sampai ke belitung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga keinginannya terwujud Mba.

      Hapus
  11. Menyenangkan sekali Mbak perjalanannya. Seru. Bisa ketemu langsung sama Bu Muslimah pula.
    Kepiting isi? Sambal kunyit? Aku kok penasaran banget sama rasa makanan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Alhamdulillah. Kepiting isi? Enak Mba... hehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da