Langsung ke konten utama

Melihat dari Dekat Titik Nol Anyer-Panarukan

Pantai Anyer merupakan salah satu objek wisata yang cukup populer di kalangan masyarakat. Dari dan luar Jakarta. Karena banyak sekali pantai-pantai indah yang bisa dikunjungi di sana. Seperti Pantai Carita, Pantai Karang Bolong, Pantai Pasir Putih, Pantai Karang Meong dan lain-lain. Selain itu resort dan hotel-hotel mewah juga tersedia di sana bagi pengunjung yang berkantong tebal.

Anyer sendiri adalah nama sebuah kecamatan di kabupaten Serang, Banten. Karena merupakan daerah pesisir, tentu saja sepanjang wilayah Anyer banyak dijumpai pantai-pantai indah. Menurut Syaiful Bahri, salah satu warga yang lahir, besar dan tinggal di Anyer, dulu pantai-pantai di sana masih bebas dikunjungi tanpa perlu membayar. Siapa yang datang bisa langsung main ke pantai dengan bebas. Pantainya pun masih terlihat jelas dari jalan.


Tetapi setelah ditangani oleh para pengembang, baik pemerintah atau swasta. Anyer menjadi tempat wisata komersil. Untuk bisa melihat pantai mesti membayar biaya masuk. Dengan kisaran besar biayanya tergantung pantai yang akan dikunjungi. Semakin bagus dan fasilitas yang didapat lebih lengkap, tentu lebih mahal biaya masuk pantainya. Tinggal disesuaikan saja dengan isi kantong.

Saya sudah beberapa kali berwisata ke pantai Anyer. Dan masih belum merasa ke Anyer karena tidak pernah sekalipun mengunjungi mercusuar Cikoneng yang menjadi titik nol Anyer. Sekaligus sebagai penanda pembangunan jalan Anyer-Panarukan yang di gagas oleh Herman Williams Deandles pada tahun 1825. Berapa kali pun Anda ke sana, selama belum menginjakkan kaki di titik nol Anyer, berarti belum afdol.


Maka ke sanalah saya pada suatu kesempatan yang ada. Ingin melihat dari dekat mercusuar yang memiliki tinggi 75, 5 meter ini. Dengan banyak lantai 18 buah, mercusuar ini memiliki 286 tangga manual. Dan bisa dinaiki jika sanggup. Saya tidak ingin mencobanya. Mengingat perjalanan saya ke sini pun sudah seperjuangan sendiri. Yakni mengendarai motor. 

Mercusuar Cikoneng yang berdiri tegak sekarang ini ternyata bukan mercusuar yang pertama berdiri. Tetapi bangunan baru yang dibangun tahun 1885 oleh Z.M.Willem III akibat dari meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883. Mercusuar awal hancur dan hanya menyisakan pondasinya saja. Yang kemudian dijadikan monumen titik nol Anyer. Sedangkan mercusuar baru dibangun lebih menjorok ke daratan. Sekitar 500 meter dari darat.


Dan di sinilah saya pada suatu kesempatan. Menikmati suasana di sana sambil membayangkan kondisi jaman dulu. Bagaimana rakyat kita dipaksa kerja rodi menyelesaikan proyek jalan Anyer-Panarukan yang digagas oleh Deandles. Jika berkunjung ke Anyer, sempatkan untuk singgah di sini. Di titik nol Anyer. Karena ke Anyer tanpa ke titik nol. Seperti makan sayur tanpa garam. Hambar.

Larindah, 2 Mei 2017














Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da