Langsung ke konten utama

Ada Apa di Kampung Dongeng

Saat melintasi  Jalan Sawah Besar, Ciputat, pandangan saya tertuju pada sebuah papan nama bertuliskan Kampung Dongeng. Penasaran dong, seperti apa sih tempatnya. Nah, kesempatan itu pun akhirnya tiba juga. Pokoknya selama ada niat, pasti diberi jalan deh untuk ke sana.


Seperti biasa, dengan mengendarai sepeda motor. Saya ikuti papan nama bertuliskan Kampung Dongeng. Ternyata cukup jauh dari jalan utama. Melewati beberapa jalan kecil. Tetapi mudah diikuti. Karena setiap belokan ada panah bertuliskan Kampung Dongeng. Anggap saja mencari jejak seperti dalam kegiatan pramuka.

Setelah mengikuti arah panah dengan benar, bertemulah saya dengan sebuah rumah panggung dengan aneka hiasan menghiasi dinding rumah.


“Wow! Ini toh rumah dongeng. Asyik juga ya?” ujar saya.

Saya pun segera memarkir motor ditempat yang telah disediakan. Ada dua orang yang saya jumpai di sana. Mereka sedang menghias topi caping dengan berbagai lukisan. Lucu sekali tampaknya. Mereka menyapa dengan ramah begitu melihat kehadiran saya. Ketika mengutarakan maksud kedatangan saya, salah satu dari mereka beranjak ke dalam. Tak lama kemudian keluar bersama seorang perempuan berhijab yang dengan senyum manisnya menyapa saya.

“Assalamualaikum !” sapa saya.

“Wa'alaikumsalam. Saya Yuliana. Panggil saja Anna. Maaf Kak Awamnya sedang keluar kota. Jadi tidak bisa bertemu dengan beliau,” sahutnya dengan ramah sambil mempersilakan saya untuk duduk.


Kami duduk di panggung kecil yang ada di sana. Sebuah panggung yang biasa dipakai untuk pertunjukan dongeng. Sambil melihat-lihat hiasan yang ada di panggung. Dalam hati ini berujar sendiri.

“Wah, saya berada di rumah dongeng Kak Awam toh. Gak menyangka.”

Saya dan Mba Anna yang adalah istri dari Kak Awan, akhirnya terlibat perbincangan seru mengenai rumah dongeng ini. Sorot matanya menerawang, bibirnya sesekali menyunggingkan senyum getir saat bercerita tentang awal mula memiliki niat mendirikan rumah dongeng.

“Saya prihatin melihat anak-anak yang tidak memiliki tempat bermain. Dan hanya keluyuran tak jelas. Maka tercetuslah niat untuk menggunakan salah satu bagian rumah untuk tempat bagi anak-anak itu berkumpul. Dan dongeng menjadi pilihan saya. Karena anak-anak tentu senang jika didongengkan.”

Itulah asal mula terbentuknya Kampung Dongeng seperti sekarang ini.


“Lama-lama peminatnya banyak dan rumah kami tidak cukup lagi menampung mereka. Sedih rasanya karena tidak memiliki uang yang cukup untuk membangun tempat baru. Alhamdulillah pertolongan Allah datang. Ada orang yang baik hati menawarkan tanahnya untuk dibeli dengan cara menyicil. Dan inilah hasilnya. Alhamdulillah,” Tutur Mba Anna.

Kampung Dongeng merupakan tempat Wisata Imajinasi Anak-anak. Setiap Minggu pertama di setiap bulannya, di gelar acara Pekan Ceria untuk masyarakat umum dengan berbagai tema dongeng yang berbeda-beda. Dan acara ini gratis. Siapa pun bisa datang menyaksikan tanpa dipungut biaya sedikitpun.

Selain itu di Kampung Dongeng ada program Keliling Kampung. Yaitu mendongeng diberbagai tempat tanpa bayaran khusus. Jadi hanya berupa infak serelanya saja. Ada juga Field Trip. Kegiatan yang bisa diikuti oleh siapa pun dengan pilihan paket yang disediakan. Field Trip ini selain berisi kegiatan mendongeng juga ada pilihan membuat prakarya yang bisa dipilih. Apakah melukis di atas caping atau melukis di atas tas kain.


Ada lagi kegiatan Kemah Dongeng. Ini kegiatan belajar dan pelatihan bagi yang ingin tahu serta bisa mendongeng. Biasanya diadakan diluar Kampung Dongeng. Juga bisa diikuti oleh siapa pun dengan biaya disesuaikan dengan tempat yang dijadikan lokasi pelatihan.

Kegiatan lain yang ada di Kampung Dongeng yakni Peduli Sesama. Yaitu kegiatan membantu sesama yang terkena bencana. Para relawan segera diturunkan untuk ikut serta dalam kegiatan sosial ini. Dan dari semua kegiatan itu, adalah Kak Awam yang menjadi motor penggeraknya dibantu oleh sang istri sebagai sosok dibalik sukses Kampung Dongeng.


Mohamad Awam Prakoso atau lebih dikenal dengan panggilan Kak Awam adalah pemecah rekor MURI pada tahun 2013, dengan Rekor Mendongeng Terlama (8 jam) nonstop. Lahir di Blora, Jawa Tengah pada tanggal 18 Mei 1973.  Mendapat penghargaan dari Kak Seto sebagai Tokoh Perlindungan Anak Inovatif. Ia memulai aktifitas mendongeng sejak tahun 1999.

Pada tahun 2008 mulai keliling Indonesia untuk jelajah negeri melalui kegiatan mendongeng. Sampai saat ini sudah ada 50 Kampung Dongeng yang tersebar diberbagai tempat dengan pusatnya yang berada di Kampung Sawah, Ciputat ini.


Pada tahun 2016 ini mulai dibangun Rumah Baca Kampung Dongeng. Sebagai bagian dari gerakan Literasi yang sedang gencar sekarang ini. Meskipun tidak terlalu besar, setidaknya ada tempat untuk anak-anak mengenal dunia lain melalui buku yang dibacanya. Jika Anda sedang berada di daerah Ciputat, sempatkan mampir ke Kampung Dongeng. Kampung Wisata Imajinasi Anak-anak.


Tangerang, 22 Oktober 2016


#onedayonepost
#harike-21
#oktober2016
#jalanjalan






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da