Langsung ke konten utama

3 Hari 5 Negeri dengan 1001 Kisah Bersama MozTrip to Malaysia

Aku berani menjelajah jauh
Demi pengalaman berharga
                                ( Allianz )

Yah, demi sebuah pengalaman berharga saya berani memutuskan untuk ikut terbang ke Malaysia bersama MozTrip Muslimah. Keputusan yang cukup nekad mengingat banyak hal dan pengeluaran yang harus saya lakukan dalam satu bulan yang sama itu. Mulai dari keterlibatan dalam kelas inspirasi yang mengharuskan saya mondar-mandir ke Cilegon sampai persiapan untuk peluncuran buku serta undangan pernikahan salah satu kawan dekat.

Tapi jika tidak ditekadkan seperti ini, entah kapan lagi saya akan bisa menjejakkan tapak ini di Negeri Jiran. Negara tetangga satu rumpun yang letaknya paling dekat setelah Singapura. Maka begitulah, selama 3 hari 2 malam saya menjelajah negara asal film Ipin Upin, Malaysia.

Tiba di KLIA

Persiapan Keberangkatan

Setelah diberitahu kepastian jadwal keberangkatan ke Malaysia, hal pertama yang harus saya lakukan adalah membuat paspor. Karena saya belum pernah ke luar negeri, maka paspor menjadi syarat mutlak untuk kelancaran perjalanan ini. Dan ternyata hal ini cukup membuat saya senewen.

Bagaimana tidak? Pendaftaran secara online yang harus saya lakukan ternyata tak semudah yang saya bayangkan. Setiap kali mengklik kantor imigrasi yang saya tuju, selalu tak ada kuota. Silakan coba kantor imigrasi yang lain. Begitu pemberitahuan yang muncul. Dan itu berulang kali terus menerus membuat saya nyaris putus asa.

Butuh kesabaran ekstra dalam memainkan jari jemari untuk senantiasa mengklik kantor imigrasi. Alhamdulillah kesabaran itu pun berbuah manis. Akhirnya saya mendapatkan nomor pendaftaran di kantor imigrasi Jakarta Timur. Ujung ke ujung dari tempat saya tinggal, Tangerang. Jauh sekali ya? Tak apalah. Ini sudah membuat saya kewalahan syukur mengingat waktu keberangkatan sudah semakin dekat. 


Paspor & uang ringgit bekal utama

Proses pembuatan paspor sendiri cukup singkat sebenarnya. Setelah mendapatkan nomor antrian, kapan dan di mananya kita mengurus. Selama satu hari itu selesai urusan administrasinya. Mulai dari cek berkas, wawancara dan foto. Satu Minggu kemudian baru bisa mengambil setelah melakukan pembayaran di bank. Mudah bukan? Dan Alhamdulillah saya berhasil melalui tahapan ini.

Tahapan berikutnya adalah packing-packing. Jatah kabin kita adalah 7 kg. Lebih dari itu harus masuk bagasi. Dengan biaya yang cukup mahal. Karena kita tidak free bagasi. Alhasil, mesti bolak-balik menimbang muatan agar tahu berat muatan kita. Pertama kali ngecek timbangan sempat panik lagi, karena berat ransel saya mencapai 9 kg. Langsung bongkar-pasang lagi mencari yang tidak perlu dibawa. Lalu ke loundrian lagi untuk numpang timbangan. Alhamdulillah hasilnya kurang dari 7 kg. Leganya.

Mendekati hari keberangkatan, saya mulai bersiap-siap menukar uang Ringgit. Dalam hal ini saya sudah perkirakan berapa rupiah yang akan saya tukar. Supaya tidak tergoda untuk berbelanja yang tak perlu. Juga jangan sampai kekurangan karena malas juga untuk menukar di sana. Tinggal kuat-kuat iman saja agar tak lapar mata.


Di bandara Soeta


Apakah setelah beres semua urusan, saya bisa bernapas lega alias tenang? Oh, tidak juga. Karena saya harus menyiapkan mental. Ya, mental supaya tak takut naik pesawat. Kok segitunya? Norak sekali sih. Bukannya norak. Tapi saya pernah mengalami hal buruk saat pertama kali melakukan penerbangan. Pesawat yang saya tumpangi sempat mengalami beberapa kali guncangan dan nyaris jatuh. Sejak itu kalau naik pesawat ada perasaan takut. Sehingga selama penerbangan saya lebih banyak diam dan berdoa. Tidak seperti penumpang lain yang bisa menonton film dengan enjoy. Meski begitu Alhamdulillah saya bisa melalui semua dengan baik.

Menjelajah Melaka

Perjalanan saya bersama MozTrip ini tidak lama. Hanya 3 hari 2 malam. Dalam waktu yang singkat itu diupayakan bisa mencapai beberapa tempat-tempat penting dan bersejarah di sana. Maka setibanya di KLIA bandaranya Kuala Lumpur, mobil yang menjemput rombongan kami yang berjumlah 8 orang ini langsung menuju Melaka. Negeri bagian Malaysia yang sarat dengan sejarah.

Perjalanan dari bandara menuju Melaka cukup jauh. Sekitar 2 jam waktu Malaysia, dengan kondisi tak macet sama sekali. Kami yang mendapat jam penerbangan dini hari, otomatis malam harinya sudah di bandara Soeta. Pukul 10 malam waktu yang disepakati untuk berkumpul. Waktu 3 jam sebelum keberangkatan pukul 01.30 WIB yang seharusnya dimanfaatkan untuk tidur, tak seperti itu kenyataannya. Kami sibuk dengan urusan masing-masing.

Saat penerbangan yang memakan waktu sekitar 2 jam, hanya sebagian yang bisa melewatinya dengan tidur lelap. Saya sendiri jelas tak tidur sama sekali. Alhasil begitu mendarat dan langsung dilanjutkan menuju Melaka, sepanjang jalan saya pun lebih banyak tidur. Membalas kekurangan waktu tidur di hari sebelumnya.

Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya sampai juga kami di Melaka. Oh, ini toh Melaka. Gumam hati saya saat menjejakkan kaki di Melaka. Unik dan penuh bangunan bersejarah. Kami pun segera menjelajahi daerah ini mengikuti tur guide yang memandu. Ada beberapa tempat yang kami kunjungi. Dan bagi saya semuanya menarik. 

Inilah Melaka

Usai menjelajah daerah ini, perjalanan pun dilanjutkan untuk menuju Masjid Selat Malaka. Sebuah masjid yang letaknya memang ditepian Selat Melaka. Masjid yang cukup besar dan megah. Kami sempat sholat dan istirahat di sini. Melaka yang kabarnya sangat panas ini, Alhamdulillahnya pada saat kami datang cuacanya teduh cenderung mendung. Tentu saja ini merupakan anugerah tersendiri bagi kami. Terima kasih ya Allah.


Masjid Selat Melaka

Usai mengagumi keindahan Masjid Selat Malaka, perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan. Kami akan diajak menyebrang Pulau Besar. Sayang kondisi air sedang surut. Jadi tidak bisa menyebrang. Akhirnya untuk mengganti perjalanan ini, kami diajak mengunjungi Negeri Sembilan. Negeri yang disebut sebagai Minangkabaunya Malaysia.

Wah, perjalanan ke Negeri Sembilan menghasilkan kisah seru yang mengharu biru. Bagaimana tidak? Jalur yang kami lalui adalah hutan dan perbukitan. Rasanya seperti jalur lintas Sumatera. Dan tour guide kami mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan super. Kami berkejaran bak di lintasan sirkuit. Saya pribadi sih senang-senang saja. Ini mengingatkan saya saat solo riding ke Surabaya. Tapi di dalam mobil yang saya tumpangi ada seorang ibu yang sedang hamil. Itu yang saya khawatirkan.

Tetapi dengan alasan mengejar waktu, ngebut memang satu-satunya cara agar bisa tiba dengan cepat ke tempat tujuan.Hasilnya? Luar biasa. Kami tiba ditujuan masih senja. Tidak bisa masuk istananya sih. Tapi cukuplah mengambil gambar sebagai kenang-kenangan.

Hari sudah senja saat kami beranjak dari Negeri Sembilan untuk kembali menuju home stay di daerah Kajang, Selangor. Kembali perjalanan ini diwarnai aksi kebut-kebutan. Agar tiba di home stay tak terlalu larut. Tetapi tetap saja kami tiba sudah larut malam. Karena mesti mencari SPBU terlebih dulu. Tangki bensin mobil kami sudah tiris semua. Hal ini sempat membuat panik salah satu kawan. Ia khawatir kalau sampai kehabisan bensin di tempat seperti ini. Sepi, jauh dari rumah penduduk. Sejauh mata memandang hanya bukit dan pepohonan. Syukurnya SPBU yang kami cari tersedia di sekitar sana. Dalam kondisi seperti ini kami syukuri adanya pedagang bensin eceran yang bertebaran di setiap sudut negara kami. Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Menjelajah Kuala Lumpur

Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan untuk menjelajahi Kuala Lumpur. Dimulai dari mengunjungi Batu Caves, tempat peribadahan umat Hindu yang di depannya berdiri megah patung berwarna keemasan kepercayaan mereka. Di sini kami hanya foto-foto sebentar lalu dilanjutkan untuk menuju Pasat Seni dan Dataran Merdeka.

Mengelilingi Pasar Seni dan berfoto dibeberapa tempat menarik di Dataran Merdeka menjadi agenda kami di Kuala Lumpur. Sebelum menunggu senja di Twin Tower, kami sempatkan untuk mencoba naik angkutan umum di Kuala Lumpur. MRT, LRT dan Monorel menjadi keseruan tersendiri.

Turun di stesen Bukit Bintang dan makan siang di Sungei Wang. Di sini saya sempat dikejutkan dengan kedatangan seorang kawan yang saya kenal melalui dunia maya. Memang sebelumnya saya sudah mengabarkan tentang keberangkatan saya ke Malaysia. Barangkali bisa bertemu mengingat jadwal kami yang padat juga. Karena saya tak mengaktifkan paket internet, maka tak terlalu banyak berharap untuk bisa bertemu dengan si kawan. Tapi saya sempat menitip pesan melalui kawan peserta trip ini juga. Rupanya berlanjut tanpa saya sadari. Karenanya cukup kaget saat berjumpa di Sungei Wang. Terima kasih Mba Endah Marina.

Usai makan siang di Sungei Wang, perjalanan dilanjutkan untuk menuju Pasar Seni. Di sini para peserta berpencar sejenak untuk berbelanja keperluan masing-masing. Saya sendiri hanya berkeliling menyusuri Petaling Street. Pecinannya Kuala Lumpur.

Menara kembar Petronas


Inilah Kuala Lumpur


Merasakan angkutan umum di sana


Makan di Sungei Wang

Dari sana perjalanan dilanjutkan untuk menuju KLCC. Ingin melihat Twin Towers atau menara kembar yang menjadi ikon Kuala Lumpur. Tiba di sana matahari belum tenggelam. Beberapa foto yang kami ambil tampak backlight. Akhirnya kami pun menunggu sejenak sampai matahari tenggelam dan lampu-lampu tower mulai menyala. Hasilnya memang berbeda. Foto kami dengan latar twin tower lebih bagus. Usai menikmati senja di Twin Tower, kami beranjak pulang. Karena hari pun sudah malam. Pasar malamnya Malaysia dan pasar induknya sempat kami singgahi sejenak untuk mencari jajanan dan makan malam. Ini menutup perjalanan kami menjelajahi Kuala Lumpur.


Singgah di Putrajaya
Hari terakhir perjalanan kami di Malaysia kami sempatkan untuk menyinggahi Putrajaya. Pusat pemerintahan di sini. Tapi tempatnya sungguh indah dan menarik. Yang utama tertata rapi dan bersih tiap sudut bagiannya.


Beberapa tempat yang kami kunjungi di Putrajaya adalah gedung perdana menteri Malaysia. Masjid pink dengan nama masjid putra. Lalu ada pantai Marina-nya Putrajaya. Suasana di sini sekilas seperti pantai Marina di Indonesia. Satu hal yang menarik, menurut Mba Dewi selaku tour guide kami. Pantai yang ada di sana itu pantai buatan. Wah, tidak menyangka. Karena sangat bagus dan indah. 


 
Di depan gedung Perdana Menteri Malaysia

Di sini juga pusat kegiatan olahraga air dilakukan. Terutama untuk event-event internasional seperti Asian Games dan Sea Games. Berada di sini seolah-olah bukan di Malaysia. Tapi seperti berada di Singapura. Di tambah pengunjung yang datang kebanyakan bermata sipit dan berkulit kuning. Orang-orang dari Taiwan dan Korea.


 
Marinanya Putrajaya

Karena hari sangat terik, perjalanan di Putrajaya kurang menikmati. Saya pribadi inginnya cepat-cepat tiba di bandara. Agar bisa istirahat sambil menunggu waktu. Akhirnya kami memang lebih cepat di antar ke bandara. Selain itu beberapa dari kami juga ingin segera memastikan berat bawaan masing-masing. Agar merasa tenang. Tak takut terkena bagasi. Karena lumayan juga harga yang harus dikeluarkan untuk bagasi.

Rasa khawatir yang kami rasakan akhirnya terjadi juga. Ketika salah satu kawan tak lolos pengecekan bagasi. Di sinilah kepanikan mulai terjadi. Apalagi kami dilarang mendekat oleh petugas bandara. Syukurnya hal ini bisa diatasi dengan segera, sehingga si kawan tak harus membayar bagasi. Alhamdulillah.


Sisi Lain Perjalanan 


Selama 3 hari 2 malam kumpul bersama kawan-kawan yang baru saja dipertemukan di dunia nyata, ada banyak cerita mewarnai kebersamaan ini. Mulai dari kisah ibu hamil (bumil) yang tak terlalu ketat mendapatkan pengawasan di bandara, sampai dua kawan yang selalu tampak happy dan penuh tawa. Bersama mereka berat badan saya bisa bertambah karena tertawa terus.

Home stay yang nyaman dan bersih membuat kami merasa seperti berada di rumah sendiri. Hari-hari terakhir di home stay kami manfaatkan untuk foto bersama. Di dalam kendaraan menuju bandara pun demikian. Seolah enggan untuk berpisah dengan dua tour guide cantik yang telah membawa kami berkeliling selama tiga hari ini.


Suasana di home stay


Bergaya di dalam kendaraan


Tiba di bandara KLIA ternyata pesawat kami delay selama 2 jam. Waktu yang cukup lama ini kami manfaatkan untuk melihat-lihat beberapa store di sini dan kongkow-kongkow sejenak di salah satu food court.


Suasana KLIA saat akan pulang ke Jakarta


Pembagian jatah... hehehe


Kepanikan sesaat ketika salah satu bagasi tak lolos pemeriksaan


Tertidur saat menuju Negeri Sembilan


Setelah itu barulah kami masuk ke gate untuk menunggu waktu keberangkatan pesawat. Tak terasa waktu keberangkatan sudah tiba. Satu per satu dari kami memasuki badan pesawat. Dalam hitungan detik, menit lalu jam. Kami sudah terbang meninggalkan negeri Jiran, Malaysia untuk kembali ke tanah air tercinta. Meninggalkan sejuta kenangan dan kisah untuk dijadikan cerita bagi orang-orang tercinta. Cerita mengunjungi 5 negeri dalam waktu 3 hari. Melaka, Negeri Sembilan, Selangor (Kajang), Kuala Lumpur dan Putrajaya. Sebuah pengalaman yang menjadi harta kita paling berharga. Dan tak seorang pun mampu mencurinya dari kita. Abadi bersemayam di hati. (Denik)



Komentar

  1. Sayangnya kita ngga bisa jmpa ya mba😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Sayang sekali. Belum berjodoh kita..hihihi

      Hapus
  2. Asyiknya, jalan-jalan. Hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihii...iya, Kang Zen. Mumpung ada kesempatan.

      Hapus
  3. Seru ceritanya, Mbak. Petualangan mah memang harus ada unsur tegang-tegangnya agar jleb membekas sebagai kenangan berharga. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba. Tegangnya itu yang tak terlupakan..hihihi

      Hapus
  4. 5 negeri dalam waktu 3 hari..wah...! padat tapi senang pasti. Jadi bisa hemat waktu. Keren nih yang bikin itinerary :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Berangkat pagi, pulang hampir tengah malam...hihihi....capek tapi seru. Dapat semua.

      Hapus
  5. Balasan
    1. Hihihi...iya, Mba. Ayo diulang lagi ke Malaysianya

      Hapus
  6. mbak denik selalu menginspirasi. 😍😗

    BalasHapus
  7. Paling serem tuh, kalau pas pulang ternyata kelebihan bagasi. Untung beres ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba. Makanya beli oleh-oleh tuh buat aku urutan kesekian.. hehehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da