Bandung merupakan salah satu kota wisata yang menjadi tujuan utama masyarakat saat libur tiba. Ada yang senang ke Bandung karena banyak factoriy outletnya. Ada yang senang ke sana karena banyak tempat wisata dengan pemandangan bagus.
Ada juga yang senang ke sana karena banyak tempat kuliner yang asyik-asyik. Apapun alasannya Bandung memang salah satu surganya pelancong.
Bagi saya yang menyukai sejarah, Bandung menjadi salah satu tujuan untuk berwisata sejarah. Banyak tempat-tempat bersejarah yang layak dikunjungi. Satu di antaranya adalah Museum Konfrensi Asia Afrika (KAA).
Untuk nama Jalan Asia Afrikanya sendiri semua orang tentu sudah tidak asing lagi. Apalagi jalan ini pada hari Minggu menjadi pusat kegiatan Car Free Day. Semua orang hampir dipastikan akan berada di sini jika hari Minggu tiba. Selain itu lokasinya tidak jauh pula dari alun-alun kota Bandung.
Tetapi untuk masuk dan mengunjungi Museum KAA bisa di hitung jari peminatnya. Kalau pun sedang berada di sana paling hanya berfoto dengan latar gedung KAA. Saya beberapa kali mengalami hal tersebut saat ke Bandung bersama beberapa kawan.
Maka ketika pada suatu kesempatan bisa solo trip ke sana, tanpa membuang waktu langsung meluncur ke sana. Mengunjungi Museum KAA.
Ketertarikan saya untuk mengetahui lebih jauh tentang museum tersebut tak lepas dari pelajaran sejarah yang di terima saat sekolah. Terbayang dalam benak ini bagaimana suasana kala itu ketika perwakilan dari 29 negara berada di sana.
Dahulu Gedung Merdeka yang dipergunakan sebagai tempat berlangsungnya konferensi. Banyak hal yang dibahas dalam konfrensi yang berlangsung dari tanggal 18-24 April 1955.
Konfrensi yang dibuka oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Sastroamidjojo itu menghasilkan Dasa Sila Bandung.
Adapun isi dari Dasa Sila Bandung sebagai berikut:
-Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB.
-Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
-Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil.
-Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain.
-Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara.
-Menyelesaikan segala perselisihan internasionalnya dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum), ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan dengan Piagam PBB.
-Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
-Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban Internasional
-Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
-Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil.
-Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain.
-Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB.
-Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain.-Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara.
-Menyelesaikan segala perselisihan internasionalnya dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum), ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan dengan Piagam PBB.
-Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
-Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban Internasional
Dalam gedung Museum KAA yang letaknya tidak jauh dari Gedung Merdeka, kita bisa melihat isi dari dada sila Bandung. Juga foto para kepala negara peserta Konfrensi berikut aktivitas mereka selama di Bandung. Serta kesibukan para jurnalis kala itu. Mengingat KAA sebuah gebrakan yang sangat besar.
Tujuan KAA adalah memerangi kolonialisme dengan cara membangun kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika. Dan hasil dari KAA tersebut yang berbentuk Dada Sila Bandung tidak hanya berlaku pada saat itu saja. Tapi selamanya hingga kini. Bahwa memang begitulah seharusnya suatu tatanan kehidupan bernegara.
Sebagai generasi muda seharusnya memahami betul hal ini. Karena kelak merekalah yang akan menjadi pemimpin negeri. Dan untuk bisa mewujudkan hal tersebut, seharusnya banyak-banyak mengunjungi tempat-tempat bersejarah.
Sehingga tahu betul bagaimana negeri ini lahir dan tercipta dengan damai. Bukan tanpa perjuangan. Maka marilah menjadi bangsa yang besar. Bangsa yang mau menghargai jasa para pahlawannya.
Larindah, 13 September 2017
Next time klo ke bandung lagi pengen masuk sana
BalasHapusIyo Mba. Harus iku.. Hehehe
Hapus