Naik angkot atau angkutan umum di Kota Kupang tidak masuk dalam rencana kegiatan saya selama berada di sana. Karena jadwal kami yang padat seolah tanpa celah dan sudah terinci sejak sebelum keberangkatan.
Namun yang namanya kodar dan kehendak Allah. Siapa yang kuasa mengelak? Diambil hikmahnya saja. Pasti ada kebaikan yang bisa kita petik. Ikuti saja alur-NYA. Hal itulah yang saya alami ketika berada di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Berawal dari kondisi kawan seperjalanan yang sempat drop. Sehingga mengubah beberapa jadwal kegiatan kami. Kalaupun dilanjutkan tetap mempertimbangkan kondisinya. Maka di hari kedua sebelum kembali ke Jakarta, saya putuskan untuk mengosongkan jadwal kegiatan hari itu. Agar si kawan bisa beristirahat. Jadi kita tidak akan kemana-mana.
Namun rupanya si kawan sudah membuat janji dengan kawan di sana untuk meet up sebentar. Saya yang sudah hilang mood tidak ikut serta dalam acara tersebut. Maka begitulah. Si kawan pergi sendiri untuk meet up dengan kawannya.
Kodarullah
Sementara saya yang merasa iseng di tempat menginap, akhirnya mencari jajanan saja di sekitar penginapan untuk mengisi waktu luang. Sambil memilih-milih jajanan, saya berbincang-bincang dengan penjual makanan di sana. Tiba-tiba di depan saya melintas angkutan umum. Kebetulan penjual jajanannya memang di tepi jalan.
Saya pun bertanya tentang angkutan umum yang lewat tersebut. Ternyata orang Kupang menyebutnya oto bemo.
"Kalau ingin ke sana dan ke sini naik angkutan umum yang mana ya, Kak?" tanya saya kemudian.
"Oh, kakak bisa naik oto bemo lampu 6. Nanti bilang saja sama sopirnya. Oto bemonya melewati tempat yang akan kakak tuju."
Wah, mata saya langsung berbinar-binar. Dua tempat yang saya sebutkan sebenarnya masuk dalam agenda kunjungan di sini. Berhubung kawan seperjalanan kondisinya drop, maka jadwal tersebut saya ikhlaskan untuk tak jadi dikunjungi. Dasarnya rezeki saya. Kodarullah juga. Akhirnya saya tetap bisa mengunjungi tempat tersebut.
Nama Angkot di Kupang dan Suasananya
Namun yang akan saya bahas adalah tentang oto bemonya. Jadi kalau di Kupang sebutan angkutan umumnya itu oto bemo. Sedangkan untuk tiap jurusan dari oto bemo tersebut ditandai dengan angka yang tertulis besar-besar di depan kaca depan. Ada angka, 5, 6 dan seterusnya.
Adapun penyebutannya menggunakan kata Lampu. Berhubung tempat yang saya kunjungi dilewati oto bemo lampu 6. Maka saya naik oto bemo tersebut. Lampu 6. Benar saja. Oto bemo lampu 6 yang saya naiki berhenti di lokasi yang saya tuju. Sehingga tak perlu repot-repot saya mencari lokasinya.
Selama di dalam oto bemo, saya dibuat senyum-senyum sendiri. Kenapa? Karena suasana di dalamnya seperti diskotik. Berisik sekali musiknya. Kencang dan menghentak-hentak. Sopirnya pun santai saja bernyanyi sambil menggoyangkan badan. Seolah tak ada penumpang di belakang.
Selain itu, tulisan yang ada di dalam oto bemo membuat saya ingin tertawa ngakak. Berhubung sendirian jadi cukup dalam hati. Karena lucu sekali tulisannya.
Meski ditulis dalam bahasa Kupang, tapi sedikit-sedikit pahamlah maksud tulisan tersebut. Makanya saya senyum-senyum sendiri.
Ternyata seru juga naik oto bemo di sana. Rupanya ini hikmah yang saya petik dari kejadian hari itu saat di Kupang. Jadi bisa merasakan naik angkutan umumnya. (EP)
Yah.. Ceritanya singkat banget, Mbak. Kepo nih Mbak Denik ngapain aja di atas angkot di Kupang. ☺
BalasHapusSaya jadi ingat dlu waktu kecil klo nyebut angkot juga "bemo", singkatan dari becak motor.
Hahahaha... karena cuma sebentar juga di dalam angkotnya. Pokoknya asal udah nyobain aja biar enggak penasaran.
Hapusberasa naik kendaraan pribadi ya Kak, secara kosong gitu, cuma berdua aja dengan Pak Supir, hehehh.
BalasHapussaya juga pernah ke Kupang, 2007 lalu tapi sayang belum sempat coba naik Oto Bemo disana sih, heheh
Betul. Serasa naik mobil pribadi... hehehe. Mungkin karena dalam suasana pandemi ya jadi sepi. Tidak banyak orang yang keluar rumah. Kalau ke Kupang lagi wajib nyobain angkotnya.. hehehe
HapusYa Allah, jadi ngakak bacanya, Mbak. Saya juga nggak terlalu paham bahasa Kupang, tapi baca kalimat yang di jendala kacanya ngerti maksudnya...kwkwk. Seru sekali, ya, Mbak bisa jalan-jalan. Memag petualang sejati deh, Mbak ini...Masyaallah
BalasHapusHehehe... untungnya pakai masker Mba. Jadi saya senyum-senyum sendiri pun tak kentara.
HapusIni kaya bemo yang ada di Makassar mbak. Temanku yang dari Kupang atau Makassar, kalau ke Jawa bingung dia. Kok angkotnya sepi-sepi aja. Nggak meriah. 😂
BalasHapusWah, berarti ciri khas angkot luar kota seperti itu kali ya? Kita yg dari Jawa sama bingungnya kalo ke daerah sana. Ini angkot berisik bener sih... hahahaha
HapusHehehe..baca tulisan mbak, jadi inget belasan tahun lalu ketika tugas ke Kota Kupang. Angkotnya meriah dengan lampu kelap kelip warna warni. Angkot yang paling meriah yang banyak peminatnya. Asyik ya Mbak.
BalasHapusBetul Mba. Asik asik gimana gitu. Secara terbiasa di Jawa tenang gitu suasana angkotnya.
HapusWkwkwkwk ... asli ngakak ebner dengan tulisan dalam angkot. Berisik berarti yo mbak dalam angkot itu? Temanku kalau pulang Kupang tak pernah cerita oto bemo ini. Mau nanya ah, nanti
BalasHapusIyo Mba. Berisik banget. Lagunya menghentak-hentak gitu. Yang senang sih asik aja. Nah, yang enggak senang ini nih. Bikin puyeng... hahahaha
HapusSeru ya mba, walau pasti nggak bisa tidur kalau pas naik angkot hehehe. Tapi emang di Kupang dan beberapa kota lainnya kayak Manado gitu juga kek gitu angkotnya
BalasHapusIya, Mba. Enggak bisa tidur. Padahal kalo di Jawa saya naik angkot bisa sampai pulas... hehehe. Tapi seru sih. Pengalaman yang tak terlupakan.
Hapus