Langsung ke konten utama

Breakfast at Karangantu

Setiap kali membaca buku tentang sejarah. Pikiran saya langsung melayang membayangkan tempat bersejarah tersebut. 
Salah satu tempat yang ingin saya ketahui dan kunjungi adalah Pelabuhan Karangantu di Banten. 

Pelabuhan Karangantu (dokpri)

Dahulu Karangantu merupakan pelabuhan terbesar kedua setelah Sunda Kelapa di Jayakarta. Dan tempat pertama kalinya tentara Belanda mendarat di Pulau Jawa pada tahun 1596. Setelah pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang muslim dari Arab, Persia, dan Gujarat enggan berlayar ke sana. Pelabuhan ini menjadi tujuan  mereka. 

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan kesempatan mengunjungi Pelabuhan Karangantu. Semua ini berkat jamuan salah satu kawan. Bersamanya saya menikmati geliat kehidupan nelayan yang baru tiba dari melaut dan sarapan pagi di tepi laut. Juga melihat aktivitas para penjual dan pembeli ikan di tempat pelelangan ikan. 

Dokumen pribadi


Meski tidak seperti yang saya bayangkan, tetapi cukup menuntaskan rasa keingintahuan saya tentang Pelabuhan Karangantu. Yang sejak abad ke-16 menjadi tempat persinggahan para pedagang yang ingin ke Australia. 

Sempat penasaran dengan nama Karangantu. Kenapa pelabuhan ini disebut Karangantu? Mencari tahulah saya. Hasilnya? 

Wih, konon nama Karangantu memang diambil terkait adanya hantu di sana. Jadi dari mitos yang beredar, saat itu ada orang Belanda yang datang dan membawa guci berisi hantu. Suatu hari guci itu pecah dan hantu yang ada di dalam guci keluar. Sejak itu pelabuhan ini disebut Karangantu.

Ehmmmm, namanya mitos. Boleh percaya boleh tidak. Bagi saya itu bukan sesuatu yang perlu diperdebatkan. Saya cukup senang bisa melihat tempat yang bersejarah ini. 

Pelelangan ikan di pelabuhan Karangantu (dokpri)

Pelabuhan yang dulunya besar. Kini berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan. Tempat hiburan masyarakat saat pagi dan sore hari. Menikmati matahari terbit atau matahari terbenam bersama orang-orang terkasih.


Larindah, 2 Juni 2017
#jalanjalan
#wisatasejarah
#NulisRandom2017
#Harike-2
















Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da