Langsung ke konten utama

Suatu Siang di Talaga Sampireun

Setiap kali melalui jalur Meruya-Cengkareng via Puri. Tampak jelas tulisan Talaga Sampireun. Sebuah restauran Sunda yang cukup terkenal. Rupanya ini cabang baru yang sebelumnya sudah ada di daerah Bintaro dan juga Ancol.

Jadi penasaran dong ingin mencoba makan di sana. Rupanya bukan saya saja yang penasaran. Adik saya yang beberapa kali ke bandara juga membatin hal yang sama. Maka tercetuslah rencana makan siang di sana suatu hari nanti.


Dan tibalah hari itu. Suatu Sabtu yang cerah. Kami sekeluarga dengan mengajak beberapa kawan dekat pergi ke sana. Ingin mencicipi suasana makan siang yang berbeda. Sesekali memanjakan diri.

Tiba ditujuan, pelataran parkir sudah terlihat penuh. Sempat khawatir tak mendapatkan tempat parkir. Tapi akhirnya dapat juga. Setelah beres urusan parkir. Kami serombongan menuju gedung utama. Saya menuju resepsionis dan segera booking tempat.

"Maaf. Kalau untuk yang saung-saung sudah penuh. Waiting list. Sekitar 2 jam lagi baru bisa," ujar si resepsionis.

"What! 2 jam lagi?," pekik saya.

Si resepsionis hanya tersenyum.

"Bisa kambuh itu maag pasukan kalau harus menunggu. Ini sudah masuk waktu makan siang soalnya," pikir saya.

Akhirnya diputuskan booking ruangan ber-AC yang ada di dalam saja. Tak apalah gak makan di saung. Nanti bisa lihat-lihat saja.

Setelah booking tempat dan memesan makanan, tak berapa lama pesanan datang. Kami pun segera menyantap hidangan yang tersaji. Masakan ala Sunda.


Ada nasi liwet, sayur asem, ikan patin bakar, sate jamur, es lemon tea, es kelapa, es lychee dan juga buah. Serta makanan pendamping lain. Semua menikmati dengan lahap. Karena memang sudah lapar. 

Setelah itu saatnya santai. Ada yang mengajak anaknya bermain di Play Park. Ada yang foto-foto disekitar danau. Ada yang menikmati kepulan rokoknya.


Talaga Sampireun restauran dengan konsep Sunda. Mulai dari menu makanan sampai dekorasi ruangan. Nuansa saung di atas telaga memang menjadi daya tarik restauran ini. Wajar jika harus waiting list untuk bisa mendapatkan tempat di saung.


Soal harga sih relatif ya? Tergantung isi kantong... Ha-ha-ha
Bagi yang penasaran bisa dicoba. Kalau saya sih sudah cukup tahu. Jadi tidak penasaran lagi.

#onedayonepost
#januari2017
#tulisanke-6
#kuliner











































Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da