Langsung ke konten utama

Melongok Masjid Pangeran Jayakarta

Jatinegara adalah sebuah kawasan di Jakarta Timur yang cukup dikenal oleh masyarakat luas. Terutama bagi mereka yang gemar berbelanja. Karena di sana pusat perkulakkan para pedagang aksesoris, layaknya pasar Asemka di Jakarta Barat.

Namun kunjungan saya kali ini bukan ke pasarnya atau ke stasiun kereta yang memiliki nilai sejarah juga. Tempat yang saya tuju adalah sebuah masjid yang menjadi kebanggaan masyarakat di sana. Masjid Pangeran Jayakarta. Jatinegara Kaum, sebuah nama yang cukup menggelitik untuk ditelisik.


Di sanalah letak Masjid Pangeran Jayakarta berada. Masjid yang berdiri tepat di tepi jalan itu selalu ramai dikunjungi warga. Bukan saja dari Jakarta tapi juga dari luar Jakarta. Tujuan utama mereka untuk berziarah ke makam Pangeran Jayakarta, yang bersebelahan dengan bangunan masjid.

Masjid yang sudah ada sejak 4 abad silam, konon memang dibangun oleh Pangeran Jayakarta pada tahun 1620. Tujuannya sebagai tempat persembunyian dan untuk menghimpun kekuatan. Karena masjid kesultanan Jayakarta porak-poranda dirusak oleh orang Belanda, J.P Coen.

Pangeran Jayakarta dan pasukan melarikan diri. Semper dan Sunter wilayah yang sempat didatangi. Sampai akhirnya wilayah Jatinegaralah yang menjadi pilihan. Di sanalah Pangeran Jayakarta menghimpun kekuatan untuk melawan penjajahan sampai pol ajal matinya. Kemudian jasadnya dimakamkan di samping masjid.


Jadilah wilayah tempat berdirinya masjid dan sekitarnya itu di sebut daerah Jatinegara Kaum. Sebab sebagian orang yang tinggal di sana masih keturunan dari Pangeran Jayakarta. Bahasa sehari-hari mereka pun lebih ke bahasa Sunda ketimbang bahasa Betawi. Karena Pangeran Jayakarta masih keturunan Prabu Siliwangi. 

Masjid yang dibangun itu pun lebih di kenal dengan nama Masjid Pangeran Jayakarta. Meskipun nama masjid itu sebenarnya adalah Masjid As-Salafiya. Inilah sekilas mengenai sejarah Masjid Pangeran Jayakarta.


#HariKetujuhpuluhtiga
#OneDayOnePost
#JelajahMasjid







Komentar

  1. Balasan
    1. Iya Mba. Kalau suatu hari jalan-jalan ke Jakarta Timur, trus menjumpai papan petunjuk jalan bertuliskan Jatinegara Kaum, Masjid Pangeran Jayakarta...ya ini dia.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujung Aspal Pondok Gede

Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi  (Ujung Aspal Pondok Gede, Iwan Fals) Siapa yang tak mengenal lirik lagu tersebut? Lagu milik Iwan Fals itu begitu familiar ditelinga masyarakat. Saya salah satu penikmat lagu-lagu iwan Fals. Khusus lagu yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, jiwa petualang saya bergolak saat mendengar lagu ini. Ada rasa ingin tahu dalam benak saya kala mencermati lirik demi lirik lagi itu. Maka tercetus niat di hati untuk suatu hari melongok daerah bernama Ujung Aspal Pondok Gede. Kesempatan itu pun tiba juga akhirnya. Suatu hari dengan ditemani seorang kawan saya bisa menjejakkan kaki di daerah  sana. Dengan mengendarai sepeda mo

Jam Gede Jasa Icon Baru Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah salah satu wilayah kota di provinsi Banten. Merupakan kota terbesar di provinsi ini dan menjadi penyanggah Ibu kota Jakarta. Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Dan saya adalah salah satu warga Kota Tangerang yang kebetulan tinggalnya dekat perbatasan. Bisa disebut orang pinggiran. Pingirannya Jakarta dan pinggirannya Kota Tangerang.  Dokumen pribadi Bagaimana tidak disebut orang pinggiran. Lha wong untuk masuk wilayah Jakarta loh saya bisa dengan berjalan kaki. Sementara untuk pergi ke pusat Kota Tangerang butuh waktu sekitarnya 1-2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Jauh bukan dari Kota Tangerang? Karenanya aktivitas saya lebih banyak ke kota Jakarta. Sejak dari jaman sekolah sampai bekerja. Hanya KTP saja yang statusnya sebagai warga Kota Tangerang.  Dan status seperti itu ternyata mengusik hati nurani saya secara perlahan. Apalagi ketika pada suatu hari dalam sebuah perjalanan backpackeran ke luar kota, di dalam kereta yang

Taman Kota 1 vs Taman Kota 2

Bagi saya taman itu sebuah tempat yang memiliki pesona tersendiri. Di dalam taman banyak hal yang bisa saya lakukan. Antara lain olahraga dan mengkhayal. Dan satu hal lagi, mengajak siapa pun ke taman pantas saja.  Ingin membawa anak kecil sampai lansia pantas saja. Mau sendiri atau rombongan juga pantas saja. Mau pagi-pagi, siang-siang atau sore-sorean pergi ke tamannya ya pantas saja. Itulah istimewanya taman menurut saya. Maka ketika pada suatu siang saya diajak jalan-jalan ke taman, ya senang-senang saja. Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 di Bumi Serpong Damai (BSD). Kebetulan saya belum pernah main ke sana. Tentu penasaran dan antusias ingin tahu. Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Kota 1. Lokasinya tidak jauh dari ITC BSD. Bentuk tamannya memanjang. Dari pintu gerbang sudah terlihat kios-kios makanan. Jadi tak perlu kuatir bingung mencari tempat makan. Taman Kota 1 memang menyediakan tempat khusus bagi para pedagang. Lingkungan seputar Taman Kota 1 rasanya kurang da