TANJUNG PRIOK. Nama yang identik dengan kata rawan dan tinggi tingkat kriminalitas. Dulu kalau mau diajak jalan-jalan ke daerah Tanjung Priok, saya selalu berdalih, "Jauh ah. Panas dan rawan daerahnya." Ya, tiga kata tersebut memang mewakili gambaran tentang daerah Tanjung Priok. Terutama kawasan pelabuhan.
Oleh karenanya tak banyak yang menjadikan kawasan Tanjung Priok sebagai salah satu destinasi wisata. Padahal pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan bersejarah di Indonesia. Tak hanya sebagai pelabuhan terbesar yang menjadi pintu gerbang keluar masuk ekspor impor barang-barang antar pulau.
Oleh karenanya tak banyak yang menjadikan kawasan Tanjung Priok sebagai salah satu destinasi wisata. Padahal pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan bersejarah di Indonesia. Tak hanya sebagai pelabuhan terbesar yang menjadi pintu gerbang keluar masuk ekspor impor barang-barang antar pulau.
Tanjung Priok Dulu dan Kini
Gambaran di atas adalah cerita tentang Tanjung Priok dahulu kala. Kini Tanjung Priok sudah mulai berbenah diri. Tanjung Priok sudah menjadi barometer perekonomian Indonesia. Apalagi dengan didirikannya Museum Maritim Indonesia. Dunia maritim kepelabuhanan dan pelayaran di Indonesia bisa dipelajari di sini.
Dengan tujuan untuk melestarikan cagar budaya, sejarah dan cerita kejayaan bahari dari masa ke masa, maka didirikanlah Museum Maritim Indonesia di bekas gedung kantor Pelindo lama yang sudah berdiri sejak tahun 1958.
Di Museum Maritim Indonesia kita bisa melihat benda-benda yang terkait dengan sejarah perkembangan Pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan-pelabuhan penting di Nusantara pada masa lalu dan masa kini.
Tour Museum Maritim Indonesia
Bersama Sahabat Budaya Indonesia dan Kelompok Pencinta Museum Indonesia, saya berkesempatan mengikuti tour di Museum Maritim Indonesia. Museum Maritim Indonesia atau disingkat MuMi, terletak di Jalan Pasoso 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Museum ini terdiri atas tiga lantai. Lantai dasar terdiri dari ruang diorama pameran yang berada di sayap kanan dan kiri gedung. Toko souvernir, kotak penitipan barang, lift, dan toilet. Di lantai dua terdapat ruang pertemuan, ruang pameran, ruang audiovisual, Musalla, toilet, perpustakaan, dan kafe bernuansa indoor. Sedangkan lantai tiga adalah menara pandang dimana kita bisa melihat aktivitas dermaga dari atas.
Memasuki pintu utama museum kita akan disambut penjaga tamu yang akan mempersilakan kita untuk mengisi buku tamu. Selanjutnya kita bisa langsung menuju kotak penitipan barang jika ada barang yang ingin dititip. Lalu bisa melihat ruang diorama yang ada di sayap kanan dan kiri. Atau melihat-lihat toko souvernir di sebelah kiri pintu masuk.
Oiya, jangan melihat ke bawah lantai kalau Anda takut pusing. Karena lantai dasar ini terbuat dari kaca dengan alas ubin lantai yang konon sudah berusia ratusan tahun. Kaca yang berembun seolah-olah ada airnya bisa membuat orang tak sadar akan mengangkat kain atau roknya. Jadi siap-siap untuk terkaget-kaget.
Dengan tujuan untuk melestarikan cagar budaya, sejarah dan cerita kejayaan bahari dari masa ke masa, maka didirikanlah Museum Maritim Indonesia di bekas gedung kantor Pelindo lama yang sudah berdiri sejak tahun 1958.
Di Museum Maritim Indonesia kita bisa melihat benda-benda yang terkait dengan sejarah perkembangan Pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan-pelabuhan penting di Nusantara pada masa lalu dan masa kini.
Tour Museum Maritim Indonesia
Bersama Sahabat Budaya Indonesia dan Kelompok Pencinta Museum Indonesia, saya berkesempatan mengikuti tour di Museum Maritim Indonesia. Museum Maritim Indonesia atau disingkat MuMi, terletak di Jalan Pasoso 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Museum ini terdiri atas tiga lantai. Lantai dasar terdiri dari ruang diorama pameran yang berada di sayap kanan dan kiri gedung. Toko souvernir, kotak penitipan barang, lift, dan toilet. Di lantai dua terdapat ruang pertemuan, ruang pameran, ruang audiovisual, Musalla, toilet, perpustakaan, dan kafe bernuansa indoor. Sedangkan lantai tiga adalah menara pandang dimana kita bisa melihat aktivitas dermaga dari atas.
Memasuki pintu utama museum kita akan disambut penjaga tamu yang akan mempersilakan kita untuk mengisi buku tamu. Selanjutnya kita bisa langsung menuju kotak penitipan barang jika ada barang yang ingin dititip. Lalu bisa melihat ruang diorama yang ada di sayap kanan dan kiri. Atau melihat-lihat toko souvernir di sebelah kiri pintu masuk.
Oiya, jangan melihat ke bawah lantai kalau Anda takut pusing. Karena lantai dasar ini terbuat dari kaca dengan alas ubin lantai yang konon sudah berusia ratusan tahun. Kaca yang berembun seolah-olah ada airnya bisa membuat orang tak sadar akan mengangkat kain atau roknya. Jadi siap-siap untuk terkaget-kaget.
Lantai dasar yang berupa kaca
Selanjutnya kita bisa memulai tour museum dengan memasuki ruang diorama di sayap kanan dari pintu masuk. Di sini kita akan disuguhi berbagai display dan replika pelayaran, perdagangan, dan pelabuhan di Indonesia sebelum kemerdekaan.
Alat-alat Navigasi
Didalam ruangan ini kita juga bisa melihat alat-alat Navigasi yang biasa digunakan untuk berlayar.Juga melihat replika gudang VOC lengkap dengan rempah-rempah yang tersimpan dalam tong-tong besar. Di sini bayangan tentang masa-masa itu jadi berkelebat. Betapa rakusnya penjajah mengeruk kekayaan negeri kita. Sedangkan rakyat kita sebagai pemilik negeri ini justru tak merasakan apa-apa.
Itulah kenapa pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dikatakan bahwa, "Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Itulah kenapa pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dikatakan bahwa, "Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Replika gudang VOC
Usai mengelilingi diorama di sayap kanan museum, selanjutnya kita diajak untuk memasuki ruang diorama berikutnya. Diorama yang berisi sejarah pelabuhan di Indonesia setelah kemerdekaan. Di sini kita bisa melihat display infografis pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Seperti Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Cirebon dan lain-lain.
Selain itu ada juga display dan maket tentang sejarah panjang lori. Kereta pengangkut batu bara. Kita benar-benar diajak untuk mengetahui tentang apa dan bagaimana sebuah pelabuhan itu.
Beberapa benda terkait pelayaran juga bisa kita jumpai di sini. Mulai dari baju pelampung, sekoci sampai peluit. Dan yang paling menarik perhatian saya adalah tentang suasana ruangan nahkoda. Di sini tak hanya peralatannya yang bisa dipelajari. Tetapi bunyi air dan suara burungnya seperti asli dan nyata. Melenakan dan lupa bahwa ini tuh didalam museum. Bukan di lautan lepas.
Ruang Nahkoda
Selanjutnya kita diajak naik ke lantai dua. Dan langsung menuju ruang audiovisual. Ruangannya cukup luas dan nyaman. Saya yakin pengunjung yang menyaksikan film dokumenter di sini jadi enggan untuk beranjak keluar.
Ruang audiovisual
Di lantai dua ini juga terdapat musallah yang tidak terlalu besar tetapi bersih dan nyaman. Jadi kalau berjalan-jalan ke Museum Maritim Indonesia, urusan ibadah bagi yang muslim bisa terjaga.
Musallah di Museum Maritim
Usai berkeliling di lantai dua, selanjutnya kita diajak naik ke lantai tiga. Agak seperjuangan untuk naik ke atas. Karena harus melalui tangga besi yang melingkar. Tetapi begitu tiba di atas, kita bisa melihat aktivitas pelabuhan dengan jelas. Ditambah suasana langit yang cerah. Sungguh seperti lukisan pemandangan yang terlihat dari lantai tiga ini.
Suasana Pelabuhan dari lantai tiga
Tour museum berakhir di halaman belakang yang berupa taman yang ditata dengan apik. Dari sini kita bisa melihat bangunan museum secara keseluruhan, yang terlihat begitu kokoh di antara bangunan-bangunan lain.
Usai foto bersama dengan teman-teman dan juga pengelola Museum Maritim Indonesia, Tinia Budiati. Kita diajak keluar menuju jalan pintas yang ditunjukkan oleh sang guide. Wah, jadi tahu jalan pintasnya. Padahal saat datang melalui pintu depan sempat berpikir, "Susah juga ya akses menuju ke sini." Ternyata mudah begitu sudah tahu.
Usai foto bersama dengan teman-teman dan juga pengelola Museum Maritim Indonesia, Tinia Budiati. Kita diajak keluar menuju jalan pintas yang ditunjukkan oleh sang guide. Wah, jadi tahu jalan pintasnya. Padahal saat datang melalui pintu depan sempat berpikir, "Susah juga ya akses menuju ke sini." Ternyata mudah begitu sudah tahu.
Taman belakang Museum Maritim Indonesia
Akses Menuju Museum Maritim Indonesia
Jika membawa kendaraan sendiri tentu mudah. Kita tinggal masuk ke arah pelabuhan dan tanya petugas di pintu gerbang arah yang menuju museum. Tetapi jika naik angkutan umum maka ada dua alternatif. Tetapi arah yang dituju tetap sama yaitu Tanjung Priok.
Jadi kalau ingin naik bus Transjakarta, pilih yang jurusan Tanjung Priok. Nanti bisa turun di halte Enggano, Tanjung Priok. Dari sini bisa naik angkutan online untuk bisa sampai ke tujuan. Karena cukup jauh juga.
Pilihan lain bisa turun di terminal Tanjung Priok. Nah, dari sini lebih dekat. Karena tinggal menyebrang dan mengikuti jalan setapak yang ujungnya daerah pelabuhan. Dari sini kita akan masuk museum melalui pintu belakang. Mudah bukan aksesnya? Jadi kapan mau jalan-jalan ke sini?
Layanan
Tiket
* Gratis
* Untuk rombongan dengan perjanjian melalui telepon atau email
Jam Buka Museum
* Selasa - Jumat pukul 09.00 - 16.00 WIB
* Sabtu - Minggu pukul 09.00 - 17.00 WIB
* Senin dan hari libur nasional tutup.
Informasi
Email : info@maritimmuseum.id
Telp. : 0821 2454 4412
IG. : @museummaritim
Layanan
Tiket
* Gratis
* Untuk rombongan dengan perjanjian melalui telepon atau email
Jam Buka Museum
* Selasa - Jumat pukul 09.00 - 16.00 WIB
* Sabtu - Minggu pukul 09.00 - 17.00 WIB
* Senin dan hari libur nasional tutup.
Informasi
Email : info@maritimmuseum.id
Telp. : 0821 2454 4412
IG. : @museummaritim
wiih, kayaknya seru banget mba denik.
BalasHapusHihihi...iya, Mba. Yuuk kpn ke Jakarta. Nanti bisa main ke sini
HapusWah, seru nih. Apalagi ngajak anak. Jadi wisata edukasi
BalasHapusIya, betul. Bisa lihat kapal betulan meski dari jauh itu pengalaman yang tak terlupakan bagi anak-anak.
HapusWaahh fix masuk daftar mau didatangi nih. Makasih informasinya, Mba.
BalasHapusSama-sama Mba.
Hapus